hargsaham.id – Saham-saham emiten rokok mengalami lonjakan signifikan pada pembukaan pasar Senin, 22 September 2025, menyusul pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang mengkritik besaran tarif cukai tembakau yang dianggap terlalu tinggi. Ia mengungkapkan keheranannya atas rata-rata tarif cukai yang sudah menyentuh sekitar 57 persen. Kritik ini memicu harapan bahwa kebijakan cukai bisa dikaji ulang atau diprioritaskan efisiensinya.
Purbaya juga menyatakan akan melakukan kunjungan langsung ke sejumlah pabrik rokok di Jawa Timur untuk meninjau kondisi industri secara nyata. Tujuannya adalah memahami dampak cukai terhadap produsen dan tenaga kerja lokal. Pernyataan ini menambah optimisme pelaku pasar bahwa pemerintah mempertimbangkan aspek keberlanjutan industri selain penerimaan negara.
Kinerja Saham Rokok Terdorong Naik
Beberapa emiten rokok mencatat kenaikan harga saham hingga dua digit. Contohnya PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang menguat hingga 13,99%, mencapai Rp 12.425 per lembar, dengan volume transaksi sebanyak 7,74 juta saham dan nilai transaksi sekitar Rp 94,69 miliar.
PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) melaju sekitar 13,74%, dengan harga per lembar mencapai Rp 745, ditopang volume perdagangan hingga 299,48 juta saham dan nilai mencapai sekitar Rp 220,04 miliar.
Sementara itu PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) menguat sekitar 12% ke harga Rp 1.120 per lembar saham. Volume perdagangan WIIM tercatat sebesar 52,54 juta saham, dengan nilai transaksi sekitar Rp 58,14 miliar.
Data Performa & Tren Investor Asing
Meski mencetak penguatan kuat di awal sesi, beberapa emiten sebelumnya mengalami koreksi dalam kurun waktu lebih panjang. Sebagai contoh, GGRM mencatat pelemahan sekitar 6,21% sepanjang tahun sehingga jauh sebelum momentum ini muncul.
Investor asing menunjukkan minat yang meningkat. Saham GGRM mengalami net foreign buy senilai Rp 39,24 miliar sepanjang 2025, sementara HMSP memperoleh aksi beli asing bersih sekitar Rp 20,83 miliar. WIIM juga mencatat trend pembelian asing yang positif. Kondisi ini menambah sentimen bahwa pasar melihat peluang stabilitas industri rokok jika kebijakan cukai berubah.
Risiko & Prospek Kebijakan ke Depan
Walau pernyataan Menkeu Purbaya memicu optimisme, investor tetap mencermati risiko regulasi. Penurunan tarif cukai tidak bisa dipastikan akan berlaku jika studi lapangan dan analisis ekonomi menunjukkan bahwa penerimaan negara bisa terdampak signifikan.
Keberlanjutan tren penguatan saham juga tergantung pada kepastian keputusan regulasi. Jika tarif cukai tetap tinggi atau cukai ilegal tak tertangani, emiten rokok berisiko mengalami tekanan signifikan. Namun, bila sinyal positif kuat terus muncul, sektor ini bisa kembali menjadi primadona di Bursa Efek.
Secara keseluruhan, respon pasar terhadap kritik tarif cukai oleh Menkeu Purbaya menunjukkan bahwa pelaku pasar sangat sensitif terhadap kebijakan fiskal yang mempengaruhi beban operasional industri rokok. Momentum ini berpotensi menjadi titik balik bila pemerintah menetapkan kebijakan cukai seimbang antara penerimaan negara dan industri.