hargsasaham.id – Selama pekan 22–26 September 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru mencatat penguatan sekitar 0,60 %. Meski demikian, sejumlah saham tercatat sebagai pihak yang paling terseret dalam koreksi mendalam. Pergerakan ini menunjukkan bahwa bukan semua saham ikut serta dalam kenaikan pasar, melainkan sebagian berada di tekanan ekstak.
Statistik BEI memperlihatkan setidaknya 10 saham mengalami penurunan terbesar (top losers). Di antara nama-nama tersebut, beberapa saham populer seperti LIVE, RAAM, dan DATA menjadi sorotan karena turunnya harga hingga dua digit.
Saham yang Terperosok Paling Dalam
Berdasarkan data BEI, LIVE (Homeco Victoria Makmur) berada pada urutan pertama sebagai saham dengan pelemahan terdalam. Harga sahamnya terjun 38,18 %, dari Rp 330 menjadi Rp 204 per saham. Emblem ini menjadi contoh betapa tajamnya tekanan di pasar.
Sementara itu, SOTS (Satria Mega Kencana) mencatat penurunan 24,53 %, bergerak dari Rp 530 ke Rp 400. Saham LIFE (MSIG Life Insurance Indonesia) merosot 21,06 %, dari Rp 13.175 menjadi Rp 10.400.
Lanjut ke saham ARKO (Arkora Hydro), yang melemah 17,57 %, ke posisi Rp 1.525 dari Rp 1.850. MBSS (Mitrabahtera Segara Sejati) juga mengalami koreksi signifikan 16,03 %, dari Rp 1.715 menjadi Rp 1.440.
Saham lainnya yang masuk daftar top losers antara lain RAAM (Tripar Multivision Plus) dengan penurunan 14,69 %, DATA (Remala Abadi) turun 14,04 %, NICK (Charnic Capital) turun 13,83 %, dan GPRA (Perdana Gapura Prima) turun 12,67 %. OKAS (Ancora Indonesia Resources) juga melemah 18,81 %.
Penyebab Rekor Kinerja Negatif
Penurunan tajam pada saham-saham ini terjadi di tengah naiknya indeks umum. Kondisi ini menunjukkan bahwa saham-saham tersebut memiliki fundamental rentan atau sentimen negatif tersendiri. Beberapa faktor penyebab:
-
Likuiditas & Sentimen Spesifik
Saham-saham kecil atau menengah sering kali lebih rentan terhadap aksi jual besar, karena volume perdagangan lebih tipis. Bila investor institusional menarik dana, dampak koreksi bisa besar. -
Kinerja Fundamental Kurang Meyakinkan
Perusahaan dengan laba merosot, utang tinggi, atau prospek usaha suram cenderung menjadi sasaran koreksi tajam. -
Efek Berita & Sentimen Negatif
Ada kemungkinan berita buruk spesifik perusahaan muncul di pekan tersebut—misalnya laporan keuangan mengecewakan, regulasi yang merugikan, atau isu manajemen internal. -
Perubahan Portofolio Investor Institusional
Investor institutional sering kali melakukan rotasi dana dari saham lemah menuju saham yang lebih defensif atau prospektif, meninggalkan saham-saham yang kurang diminati.
Dengan demikian, saham-saham seperti LIVE, RAAM, dan DATA menjadi korban koreksi yang cukup tajam, meski pasar secara umum masih menunjukan tren kenaikan.
Rekomendasi & Pelajaran bagi Investor
Bagi investor yang ingin mengambil peluang di tengah gejolak, beberapa strategi perlu dipertimbangkan:
-
Seleksi Saham – Fokus pada perusahaan dengan neraca sehat, kinerja laba konsisten, dan manajemen transparan.
-
Pantau Volume & Aksi Institusional – Saham yang “terseret” biasanya memiliki volume tinggi saat koreksi; cek apakah ada aksi jual besar institusional.
-
Gunakan Stop Loss & Risk Management – Untuk mencegah kerugian berat, tetapkan batasan kerugian yang bisa ditoleransi.
-
Diversifikasi Portofolio – Hindari penempatan dana besar hanya di satu emiten yang rentan terhadap sentimen.
Koreksi besar pada saham tertentu selama pekan ini menjadi pengingat bahwa pasar saham selalu dinamis. Sementara indeks bisa menguat, tidak semua emiten bisa menikmati gelombang positif. Investor cerdas akan memperhatikan detail di balik angka dan menjaga kewaspadaan terhadap risiko terselubung.