hargasaham.id – Penerbitan obligasi korporasi di Indonesia mengalami lonjakan signifikan pada semester I 2025, mencapai Rp90,90 triliun. Angka ini mencatatkan kenaikan 48,31% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lonjakan ini mencerminkan optimisme pelaku usaha terhadap kondisi perekonomian dan meningkatnya kebutuhan pendanaan untuk ekspansi dan refinancing utang.
Faktor Penyebab: Suku Bunga Rendah dan Utang Jatuh Tempo
Dua faktor utama yang mendorong peningkatan penerbitan obligasi korporasi adalah penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan tingginya jumlah utang yang jatuh tempo. BI telah memangkas suku bunga acuan sebanyak lima kali pada tahun 2025, menjadikannya lebih rendah dibandingkan suku bunga kredit bank. Hal ini membuat penerbitan obligasi menjadi alternatif pendanaan yang lebih murah bagi perusahaan.
Selain itu, utang korporasi yang jatuh tempo pada semester II 2025 diperkirakan mencapai Rp96,4 triliun. Banyak perusahaan memilih untuk melakukan refinancing dengan menerbitkan obligasi baru guna menggantikan utang lama yang lebih mahal. Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto, menyatakan bahwa tren ini akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2025.
Proyeksi Penerbitan Semester II dan Sektor Dominan
Pefindo memperkirakan bahwa total penerbitan obligasi korporasi pada tahun 2025 akan melebihi Rp144 triliun, dengan sekitar Rp60 triliun hingga Rp70 triliun di antaranya diperkirakan terjadi pada semester II. Sektor-sektor yang paling aktif dalam menerbitkan obligasi antara lain industri pulp dan kertas, multifinance, perbankan, pertambangan, dan pembiayaan non-multifinance.
Penerbitan obligasi pada bulan Juni 2025 tercatat mencapai Rp30,95 triliun, angka tertinggi sepanjang sejarah penerbitan bulanan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin memanfaatkan momentum penurunan suku bunga untuk memenuhi kebutuhan pendanaan mereka.
Risiko dan Peluang bagi Investor
Meskipun obligasi korporasi menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan deposito, investor perlu mempertimbangkan risiko yang terkait. Obligasi korporasi memiliki risiko kredit, yaitu kemungkinan penerbit gagal membayar kupon atau pokok utang. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk melakukan analisis terhadap profil risiko penerbit sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
Namun, bagi investor yang dapat mengelola risiko dengan baik, obligasi korporasi dapat menjadi alternatif investasi yang menarik. Imbal hasil yang lebih tinggi dan potensi diversifikasi portofolio menjadi daya tarik tersendiri. Sebagai saran, investor disarankan untuk memperhatikan peringkat kredit penerbit dan kondisi keuangan perusahaan sebelum melakukan investasi.