HARGASAHAM.ID – Window dressing adalah strategi yang digunakan manajer investasi menjelang akhir periode pelaporan. Biasanya mereka menjual aset berkinerja buruk dan membeli saham “unggulan” agar portofolio tampak lebih menarik. Langkah ini berfungsi sebagai “riasan” visual agar laporan keuangan dan portofolio terlihat lebih solid dari kenyataan.
Strategi ini tak hanya terjadi tiap akhir tahun. Banyak manajer investasi juga melakukan window dressing tiap akhir kuartal atau di akhir bulan. Tujuannya agar klien, investor potensial, dan pemangku kepentingan menilai kinerjanya positif.
Mekanisme dan Pelaku Window Dressing
Para manajer investasi cenderung melakukan rebalancing portofolio mendekati penutupan laporan. Mereka bisa menjual saham yang naik tajam lalu membeli saham yang potensinya dianggap “menarik” agar portofolio tampak ideal. Dalam dunia korporasi, tak jarang perusahaan juga melakukan percepatan pengakuan pendapatan atau menunda pengeluaran agar laporan keuangan terlihat lebih “bersih”.
Pihak yang sering terlibat window dressing meliputi manajer investasi, pengelola dana, dana pensiun, dan perusahaan terbuka. Karena mereka bertanggung jawab menyajikan hasil pengelolaan kepada investor publik.
Risiko & Efek Negatif bagi Investor
Meskipun bertujuan mempercantik citra, praktik window dressing membawa risiko bagi investor. Berikut dampak yang mungkin muncul:
-
Ilusi kinerja jangka pendek
Portofolio yang tampak mengesankan mungkin hanya karena manuver sementara, bukan performa mendasar. Setelah laporan rilis, harga bisa kembali melemah. -
Keputusan investasi keliru
Investor yang tergerak membeli aset menjelang akhir periode bisa membeli pada harga tinggi, lalu menghadapi koreksi. -
Gangguan kepercayaan
Bila investor menyadari bahwa laporan dikemas secara “polos”, kepercayaan mereka pada manajer investasi bisa menurun drastis. -
Potensi manipulasi
Jika window dressing dilakukan secara berlebihan, bisa dianggap manipulasi pasar atau laporan keuangan. Hal ini bahkan bisa berdampak hukum.
Investor harus waspada. Bila terlalu banyak aksi signifikan menjelang akhir periode, itu bisa menjadi tanda window dressing.
Strategi Investor untuk Menghindari Dampak
Investor dapat menerapkan beberapa cara agar tidak tertipu:
-
Fokus pada fundamental
Perhatikan rasio keuangan, pertumbuhan pendapatan, arus kas, dan manajemen. Jangan hanya terpaku pada tren harga jangka pendek. -
Pantau pola historis
Lihat apakah saham tertentu sering melonjak menjelang akhir kuartal. Pola berulang bisa menandakan strategi riasan. -
Gunakan analisis jangka panjang
Investasi berjangka panjang membantu mengurangi efek manipulasi jangka pendek. -
Jangan tergoda FOMO
Jangan membeli hanya karena melihat kenaikan besar akhir periode. Pastikan dasar investasimu kuat. -
Diversifikasi portofolio
Dengan menyebar investasi di berbagai sektor, kamu bisa mengurangi risiko akibat manuver “hiasan” di satu saham.
Window dressing adalah praktik strategi visual yang sering digunakan manajer investasi agar portofolio tampak menarik saat dilaporkan. Meskipun efektif dalam jangka pendek, strategi ini menimbulkan risiko bagi investor yang kurang waspada. Dengan tetap fokus pada data fundamental, memantau pola, dan mengutamakan investasi jangka panjang, investor dapat menghindari jebakan manuver semacam itu.