hargasaham.id – Pada perdagangan 8 Oktober 2025, Indeks Bisnis-27 ditutup melemah meski sejumlah saham unggulan mencatat penguatan. Indeks berkisar di area 517 hingga 523 poin dan tertekan oleh sentimen negatif pasar secara umum. Volume transaksi juga relatif tinggi, mencerminkan fluktuasi dinamika investor.
Menurut data dari sumber pasar, 11 saham konstituen mencatat penguatan, 13 saham terkoreksi, dan 3 saham tak mengalami perubahan harga. Saham yang berada di zona hijau menunjukkan kekuatan selektif meski pasar luas mengalami tekanan.
Saham AMRT, ANTM & SIDO Menjadi Pusat Perhatian
Salah satu saham yang menguat adalah AMRT (Sumber Alfaria Trijaya) — mencatat kenaikan 1,04 persen ke harga Rp 1.940. Di sektor pertambangan, ANTM (Aneka Tambang) juga menunjukkan performa positif, naik 2,80 persen menjadi Rp 3.310. Tak kalah menarik, SIDO (Sido Muncul) menguat 0,96 persen menuju Rp 525.
Penguatan ini menandai bahwa saham tersebut mampu bertahan dari tekanan pasar luas. Meskipun Indeks Bisnis-27 melemah sebesar 0,90 persen atau 4,71 poin ke level 519,02, ketiga saham itu tetap memimpin sentimen positif di antara konstituen.
Faktor Pendorong Penguatan Saham
Beberapa faktor mendukung penguatan AMRT, ANTM, dan SIDO. Pertama, investor mencari saham defensif yang memiliki prospek fundamental kuat di tengah ketidakpastian ekonomi. Kedua, sektor ritel (AMRT) dan farmasi/kesehatan (SIDO) masih dianggap relatif stabil terhadap guncangan eksternal. Ketiga, ANTM mendapat perhatian karena potensi kenaikan harga komoditas global dan permintaan emas/resiko geopolitik.
Selain itu, investor juga menilai bahwa harga saham tersebut belum terlalu mahal dibanding potensi keuntungan jangka menengah. Hal ini menarik minat akumulasi terutama dari investor publik yang ingin mencari posisi di titik suporta.
Impak & Prospek Kestabilan Pasar
Konsistensi penguatan saham-saham tertentu di tengah koreksi memperlihatkan karakter pasar yang mulai mencari dasar baru. Bila saham seperti AMRT, ANTM, dan SIDO mampu mempertahankan momentum, mereka dapat menjadi pemicu rebound indeks lebih luas.
Namun, risiko tetap ada. Bila tekanan makro global atau domestik semakin tajam, saham unggulan ini pun bisa merasakan tekanan jual. Oleh sebab itu, investor perlu tetap memperhatikan indikator teknikal, likuiditas, serta kabar fundamental terkini perusahaan.
Dalam jangka pendek, penguatan selektif ini dapat memperkuat keyakinan investor terhadap segmen saham tertentu. Dalam jangka menengah, apabila kondisi makro membaik, pasar bisa memasuki fase pemulihan yang lebih menyeluruh.