HARGSAHAM.ID – Pada perdagangan Senin, 13 Oktober 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan mengalami tekanan akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengumumkan kenaikan tarif impor hingga 100% terhadap produk asal China mulai 1 November 2025. Keputusan ini memicu ketegangan baru dalam hubungan dagang antara kedua negara dan berpotensi mempengaruhi pasar saham global, termasuk Indonesia.
Dampak Kebijakan Trump terhadap IHSG
Menurut Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, kebijakan tarif baru AS terhadap China dapat menyebabkan koreksi pada IHSG. Ia memperkirakan IHSG akan bergerak di kisaran level support 8.000–8.150 dan resistance 8.270–8.300 pada perdagangan hari ini. Sentimen negatif dari pasar global, terutama dari AS, turut mempengaruhi pergerakan IHSG.
Analisis Teknikal IHSG
Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Tasrul Tanar, menyatakan bahwa IHSG masih berada dalam fase bullish jangka pendek dengan momentum yang kuat. Namun, ia mengingatkan bahwa potensi pullback teknikal perlu diwaspadai jika indeks gagal bertahan di atas level 8.145. Peluang penguatan menuju level 8.321 tetap terbuka, tetapi investor disarankan untuk berhati-hati terhadap potensi koreksi.
Sentimen Pasar dan Aksi Investor Asing
Pada perdagangan Jumat, 10 Oktober 2025, IHSG ditutup naik tipis 0,08% dengan aksi beli saham oleh investor asing senilai Rp 1,18 triliun. Saham-saham yang paling banyak dibeli investor asing antara lain CDIA, WIFI, ANTM, BRPT, dan CUAN. Namun, ketegangan dagang yang meningkat antara AS dan China dapat mempengaruhi keputusan investasi asing, sehingga perlu diwaspadai potensi capital outflow.
Rekomendasi Saham dan Sektor yang Perlu Diperhatikan
Investor disarankan untuk mencermati sektor-sektor yang berpotensi terdampak langsung oleh kebijakan tarif baru AS terhadap China. Sektor-sektor seperti teknologi, otomotif, dan industri dasar mungkin menghadapi tantangan akibat ketegangan perdagangan ini. Sebaliknya, sektor-sektor yang lebih defensif, seperti konsumer dan infrastruktur, dapat menjadi pilihan yang lebih aman dalam menghadapi ketidakpastian pasar.