IHSG Melemah di Akhir Sesi, Sektor Teknologi Jadi Penekan Utama
Tekanan Jual Dominasi Perdagangan Kamis Sore
hargasaham.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi perdagangan Kamis, 7 Agustus 2025, dengan penurunan signifikan. IHSG ditutup melemah 0,67% atau turun 47 poin ke posisi 7.040, meskipun sempat bergerak naik pada awal perdagangan. Koreksi ini sebagian besar disebabkan oleh tekanan jual yang konsisten, khususnya di sektor teknologi.
Sejak pagi, pelaku pasar cenderung bersikap hati-hati. Kekhawatiran terhadap potensi kenaikan suku bunga global serta laporan keuangan dari emiten teknologi yang di bawah ekspektasi memperkuat sentimen negatif. Akibatnya, banyak investor memilih memindahkan dana ke sektor-sektor yang lebih defensif.
Volume transaksi sepanjang hari mencapai Rp9,2 triliun dengan lebih dari 1 juta kali frekuensi. Nilai tersebut mencerminkan tekanan jual yang cukup kuat dari investor institusi maupun ritel.
Sektor Teknologi Alami Koreksi Terdalam
Sektor teknologi mencatat pelemahan paling tajam di antara seluruh sektor. Saham-saham seperti GOTO, BUKA, dan MCAS terkena tekanan jual signifikan sepanjang perdagangan. Analis menilai kondisi ini sebagai proses normalisasi valuasi setelah reli yang cukup tinggi pada bulan Juli.
Saham GOTO menjadi pemberat utama indeks. Penurunan lebih dari 4% dalam sehari mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap prospek kinerja keuangan emiten ini. Tekanan tersebut juga merembet ke saham digital lain yang sebelumnya diminati investor ritel.
Sementara itu, BUKA terkoreksi hingga 3,8% setelah laporan keuangan terbarunya dinilai belum mencerminkan efisiensi operasional yang dijanjikan manajemen. Akibatnya, investor mulai keluar dari sektor yang dinilai belum memberikan hasil nyata dalam jangka pendek.
Investor Beralih ke Saham Defensif
Di tengah pelemahan sektor teknologi, sektor defensif seperti konsumer dan infrastruktur justru menunjukkan kekuatan. Saham INDF, TLKM, dan JSMR berhasil mencatatkan kenaikan moderat. Perpindahan alokasi dana ke saham-saham dengan fundamental kuat dan distribusi dividen stabil menjadi strategi utama sebagian investor.
Analis menyebut bahwa dalam situasi global yang tidak pasti—terutama terkait inflasi dan fluktuasi nilai tukar—investor lebih memilih sektor yang cenderung tahan banting. Saham berbasis kebutuhan pokok dan infrastruktur menjadi pelabuhan aman untuk portofolio yang ingin mempertahankan stabilitas.
Namun, aliran modal asing hari ini masih mencatatkan net sell meskipun dalam skala tipis. Investor global tampaknya bersikap wait and see menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat malam ini yang diprediksi akan memengaruhi arah pergerakan pasar global.
Prediksi Pergerakan IHSG Jumat: Waspadai Tekanan Lanjutan
Menjelang akhir pekan, pelaku pasar diimbau untuk tetap waspada. Potensi tekanan lanjutan dari sektor teknologi masih terbuka, terutama jika tidak ada kejutan positif dari sentimen global. Namun, rilis data inflasi AS atau pernyataan dovish dari The Fed bisa menjadi pemicu pembalikan arah pasar.
Secara teknikal, analis memperkirakan IHSG akan menguji support di area 7.000. Jika mampu bertahan, indeks berpotensi rebound menuju kisaran 7.080–7.100. Namun, bila tekanan jual berlanjut, pelemahan bisa menyeret indeks ke level 6.980.
Untuk strategi perdagangan, analis menyarankan pendekatan selektif dengan fokus pada sektor keuangan, konsumsi, dan energi. Ketiga sektor tersebut dipandang memiliki prospek yang lebih solid dalam jangka menengah. Strategi beli bertahap (gradual buying) bisa diterapkan oleh investor dengan orientasi jangka menengah hingga panjang.