hargasaham.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses menembus rekor tertinggi sepanjang masa (ATH), tetapi sejumlah analis menilai reli ini belum sejalan dengan fundamental. Di tengah euforia pasar, perhatian kini bergeser ke keberlanjutan pergerakan indeks dan risikonya di masa depan.
Pendorong Reli vs Kelemahan Fundamental
Pasar menyambut positif ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter, terutama dari penurunan suku bunga Bank Indonesia serta imbal hasil instrumen keuangan yang makin menarik dibandingkan obligasi. Perubahan bobot dan masuknya emiten Indonesia dalam rebalancing indeks global MSCI turut memicu arus modal masuk ke pasar saham Indonesia.
Meski begitu, banyak perusahaan tercatat masih berjuang pulih dari tekanan pasca pandemi. Laba tidak solid di banyak sektor, ditambah inflasi dan kenaikan harga bahan baku, menekan margin. Situasi ini menyisakan ketidakpastian atas konsistensi kinerja ke depan.
Sinyal Risiko dari Arus Modal dan Sentimen Asing
Menariknya, saat IHSG mencapai ATH di level sekitar 8.126,558, catatan net foreign sell masih menyertai pasar. Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih di pasar saham Indonesia sepanjang tahun 2025, yang menunjukkan bahwa meski harga saham menguat, keyakinan eksternal belum sepenuhnya solid.
Kegelisahan juga muncul dari likuiditas global dan ketidakpastian ekonomi luar negeri. Jika investor global mulai menarik modal atau memindahkan aset ke pasar yang dianggap lebih aman, pasar saham domestik bisa mendapat tekanan tajam.
Tantangan Ke Depan dan Strategi Kata Kunci
Untuk mempertahankan tren positif, IHSG butuh pendukung kuat dari dalam: kenaikan pendapatan korporasi, stabilitas makroekonomi, dan kebijakan fiskal yang pro-investasi. Pasar mengamati apakah relaksasi regulasi, insentif industri, atau stimulus baru bisa menggenjot fundamental perusahaan tercatat.
Investor juga harus selektif. Reli yang hanya didorong sentimen bukanlah pondasi berkelanjutan. Menyusun portofolio berdasarkan perusahaan dengan neraca sehat, arus kas positif, dan prospek jangka panjang menjadi strategi mitigasi risiko.