hargasaham.id – Dalam berita ekonomi, mungkin kamu pernah mendengar istilahberbagi budern. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan burden sharing? Meskipun istilah ini terdengar rumit, sebenarnya konsepnya cukup sederhana. Pemerintah dan bank sentral bekerja sama untuk membagi beban pembiayaan, terutama dalam situasi darurat seperti krisis ekonomi.
Di era modern ini, memahami konsep ini sangat penting karena dapat memengaruhi keuangan negara dan bahkan kesehatan finansial kamu sendiri, lho. Jika langkah-langkah ini tidak digunakan saat krisis muncul, ekonomi dapat goyah, harga dapat melambung, dan stabilitas dapat terganggu. Baca uraian berikut, ya!
1. Mengapa konsep ini begitu penting bagi stabilitas ekonomi
Kamu tahu kan, krisis ekonomi bisa membuat segalanya jadi tidak pasti? Nah, pembagian beban hadir sebagai solusi agar beban menghadapi krisis tidak hanya ditanggung oleh satu pihak. Jadi, pemerintah dan bank sentral bekerja sama agar pembiayaan tetap berjalan tanpa membuat defisit anggaran negara semakin membengkak.
Tanpa konsep ini, pemerintah harus mencari pinjaman besar-besaran atau mencetak uang secara berlebihan. Keduanya berisiko memicu inflasi tinggi. Dengan strategi berbagi beban ini, risiko bisa ditekan dan ekonomi tetap bisa bergerak meski di tengah badai.
2. Bagaimana cara kerja pembagian beban di lapangan
Secara sederhana, mekanisme ini seperti dua orang yang memikul beban berat bersama-sama. Bank sentral membantu membiayai kebutuhan pemerintah melalui pembelian surat berharga negara dengan skema tertentu. Dengan begitu, pemerintah tidak perlu membayar bunga setinggi biasanya.
Kamu bisa bayangkan ini seperti gotong royong finansial. Bukan hanya membantu meringankan beban negara, tetapi juga mempercepat pemulihan ekonomi sehingga masyarakat bisa kembali hidup normal lebih cepat.
3. Manfaat yang dapat kamu rasakan dari kebijakan pembagian beban
Banyak orang tidak menyadari bahwa kebijakan ini memiliki dampak langsung terhadap kehidupan sehari-hari. Kebijakan ini bukan hanya untuk “menyelamatkan” negara, tetapi juga membantu masyarakat. Dengan perekonomian yang lebih stabil, semua orang bisa merasa lebih aman dan tenang. Inilah lima manfaat terbesarnya agar kamu benar-benar memahami.
1. Harga barang lebih stabil
Dengan adanya pembagian beban dan stimulus fiskal, pemerintah dapat mengendalikan inflasi agar tidak terlalu tinggi. Stabilitas harga ini penting agar kamu tetap bisa membeli kebutuhan sehari-hari tanpa harus mengorbankan pengeluaran lainnya. Bayangkan jika harga beras dan BBM naik secara drastis, tentu hal itu akan sangat mengganggu kehidupan sehari-hari kamu.
2. Lapangan pekerjaan lebih terjaga
Kebijakan ini membantu memastikan roda ekonomi tetap berjalan. Perusahaan bisa bertahan karena dukungan dari kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang lebih selaras. Hasilnya, angka PHK bisa ditekan dan kamu tetap bisa bekerja dengan rasa aman.
3. Kepercayaan investor tetap tinggi
Saat pemerintah dan bank sentral terlihat kompak dalam pembiayaan APBN, kepercayaan investor pun meningkat. Investasi yang masuk akan membantu menciptakan lebih banyak peluang usaha dan lapangan kerja baru. Dalam jangka panjang, ini berarti kamu bisa melihat pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan peluang finansial yang semakin terbuka.
4. Mendorong pemulihan ekonomi yang lebih cepat
Dengan adanya pelonggaran moneter dari bank sentral, biaya pinjaman bisa ditekan. Hal ini membuat pelaku usaha lebih mudah mengakses modal untuk mengembangkan bisnisnya. Akibatnya, pemulihan ekonomi pasca-krisis bisa berjalan lebih cepat.
5. Menjaga stabilitas sistem keuangan
Kebijakan ini juga membantu menjaga sistem perbankan tetap likuid. Ketika likuiditas terjaga, risiko gagal bayar dapat diminimalkan, sehingga kamu tetap bisa menabung atau meminjam dana dengan aman. Stabilitas keuangan ini sangat penting untuk kelangsungan hidup masyarakat.
4. Risiko yang perlu kamu ketahui agar tidak salah menilai
Meskipun terdengar seperti solusi ajaib, kebijakan ini tetap memiliki sisi yang perlu diwaspadai, lho. Jika tidak dikelola dengan hati-hati, dampaknya bisa berbalik merugikan masyarakat. Jadi, penting untuk mengetahui risiko-risiko ini agar tidak salah menilai.
1. Risiko inflasi yang berlebihan
Jika pembagian beban dilakukan terlalu lama, jumlah uang yang beredar bisa menjadi terlalu banyak. Akibatnya, harga barang bisa naik tajam dan daya beli Anda turun drastis. Inilah mengapa kebijakan ini harus diterapkan dengan batasan waktu yang jelas.
2. Ketergantungan pada pendanaan bank sentral
Jika pemerintah terlalu sering mengandalkan skema ini, bisa muncul kebiasaan “jalan pintas” dalam mencari dana. Hal ini membuat disiplin fiskal melemah dan membebani generasi mendatang. Kamu tentu tidak ingin masa depan dipenuhi utang yang harus dibayar oleh anak-cucu kita.
3. Penurunan kepercayaan pasar jika tidak dikelola dengan baik
Pasaran sangat sensitif terhadap kebijakan yang dianggap terlalu longgar. Jika investor merasa pemerintah tidak bijaksana dalam mengelola kebijakan ini, mereka bisa menarik investasinya. Dampaknya, nilai tukar rupiah bisa melemah dan harga impor naik, yang akhirnya kamu juga akan rasakan.
4. Risiko defisit anggaran yang membesar
Jika pemerintah terus-menerus menambah anggaran tanpa perencanaan yang baik, defisit anggaran bisa semakin besar. Hal ini dapat membuat ruang fiskal semakin sempit dan mempersulit kebijakan di masa depan. Akibatnya, program-program sosial yang penting juga bisa ikut terancam.
5. Risiko moral hazard
Ketika pemerintah merasa selalu ada “pembantu” dari bank sentral, bisa muncul sikap kurang waspada dalam mengelola keuangan negara. Sikap ini berbahaya karena bisa memperparah masalah fiskal di masa depan. Kamu pasti tidak ingin negara mengalami krisis berulang hanya karena kelalaian pengelolaan, kan?
5. Apa yang bisa kamu lakukan sebagai warga negara
Anda mungkin merasa kebijakan ini sepenuhnya urusan pemerintah. Padahal, Anda bisa ikut berperan dengan memahami kondisi ekonomi dan mengambil keputusan keuangan yang bijaksana, kok. Salah satunya dengan lebih cerdas mengatur pengeluaran saat harga mulai naik.
Kamu juga bisa mendukung dengan membeli produk lokal atau berinvestasi di surat berharga negara, lho. Langkah kecil ini bisa membantu pemerintah dalam menjaga perekonomian tetap stabil.
Jadi, sekarang kamu sudah tahu apa itu burden sharing dan mengapa kebijakan ini penting untuk menjaga ekonomi negara tetap kuat. Tanpa strategi berbagi beban ini, krisis bisa menghantam lebih keras dan dampaknya bisa langsung kamu rasakan di dompet. Semoga dengan uraian ini, kamu bisa lebih siap menghadapi perubahan ekonomi dan mengambil langkah bijak dalam mengelola keuangan, ya.
Pembagian Beban Dianggap Melemahkan Kemandirian BI Pembagian Beban Berkelanjutan, BI Membeli SBN Rp200 T untuk Mendukung Asta Cita BI Menyerap SBN Rp18,348 T dalam Penyertaan Kewajiban untuk Mendanai APBN 2020