Pemerintah dan Masyarakat NTT Hidupkan Agenda Budaya
hargasaham.id – Tahun 2025 menghadirkan suasana meriah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan berbagai pihak berkolaborasi menyelenggarakan festival serta pameran sepanjang tahun. Acara tersebut tidak hanya menampilkan kekayaan budaya, tetapi juga menonjolkan kreativitas dan potensi ekonomi lokal.
Festival Seni dan Budaya Ende pada Juni membuka rangkaian acara besar. Kupang Exotic Festival 2025 kemudian menghibur warga sekaligus wisatawan di akhir bulan yang sama. Selanjutnya, Festival Humba Sandalwood di Sumba Timur pada Juli memperkenalkan keindahan alam serta produk khas daerah. Momentum berlanjut di Agustus dengan Festival Terbaik untuk Rakyat 2025 di Taman Nostalgia Kupang, Festival Golo Koe di Labuan Bajo, dan Wololobo Festival di Ngada.
Pemerintah provinsi juga menggelar Pameran Pembangunan dan Kirab Budaya NTT BaGaYa 2025 di Kupang. Acara ini menghadirkan ratusan stan instansi pemerintah, TNI/Polri, perbankan, perguruan tinggi, hingga sekitar 155 UMKM. Antusiasme masyarakat memperlihatkan bahwa festival dan pameran menjadi sarana penting untuk memperkuat identitas budaya sekaligus menggerakkan ekonomi daerah.
Festival Mendorong Perputaran Uang dan Aktivitas Ekonomi
Penyelenggaraan festival dan pameran tidak sekadar bersifat hiburan. Agenda besar ini mendorong roda perekonomian lokal melalui aktivitas masyarakat. Ribuan pengunjung membeli produk UMKM, menginap di hotel, menikmati kuliner, dan menggunakan jasa transportasi. Perputaran uang di daerah pun meningkat secara signifikan.
Gubernur NTT bahkan menegaskan bahwa Pameran Pembangunan dan Kirab Budaya NTT BaGaYa 2025 pada Agustus menghasilkan perputaran ekonomi senilai 3 miliar rupiah. Fakta ini memperlihatkan bukti nyata bahwa sebuah pameran mampu menghidupkan berbagai sektor usaha.
UMKM dan industri kecil memanfaatkan kesempatan untuk memperluas pasar. Mereka menjual kerajinan tangan, kuliner khas, hingga produk fashion berbasis tenun ikat. Sementara sektor pariwisata menonjolkan atraksi seni, tarian, dan kirab budaya yang mengundang wisatawan. Layanan perbankan juga berkembang karena transaksi non-tunai melalui QRIS dan aplikasi pembayaran lain semakin populer.
Selain itu, perusahaan jasa penyedia panggung, dekorasi, transportasi, hingga keamanan ikut meraih keuntungan. Hotel dan restoran merasakan lonjakan permintaan akibat meningkatnya kunjungan wisatawan. Sektor perdagangan turut tumbuh karena kebutuhan logistik festival. Bahkan jasa penyewaan pakaian adat, salon kecantikan, hingga penyedia informasi dan komunikasi mengambil peran penting.
Efek Pengganda Menguatkan Banyak Sektor
Keterkaitan antar-sektor dapat dianalisis melalui Tabel Input-Output (I-O). Analisis ini menjelaskan saling ketergantungan antar-lapangan usaha dalam perekonomian daerah. Efek pengganda terlihat ketika lonjakan permintaan di satu sektor memicu pertumbuhan sektor lain yang berkaitan.
Misalnya, kenaikan penjualan UMKM tidak hanya menguntungkan pelaku usaha, tetapi juga menggerakkan sektor perdagangan dan transportasi yang mengelola distribusi barang. Permintaan makanan dalam festival mendorong pertanian, perikanan, dan peternakan sebagai penyedia bahan baku. Okupansi hotel yang meningkat menambah kebutuhan produk pertanian, perikanan, dan perdagangan lokal.
Selain itu, peningkatan transaksi digital melalui QRIS memperkuat sektor perbankan sekaligus mendukung sektor informasi dan komunikasi. Dengan demikian, festival dan pameran membentuk efek berantai yang memperluas manfaat ekonomi ke hampir seluruh lapangan usaha.
Agenda yang semula hanya dianggap sebagai acara budaya ternyata memicu pertumbuhan ekonomi multi-sektor. Karena itu, masyarakat dan pemerintah perlu menilai festival serta pameran bukan sekadar perayaan budaya, melainkan motor penggerak ekonomi daerah.
Strategi Lanjutan Agar Dampak Ekonomi Berkelanjutan
Meskipun festival dan pameran menciptakan dampak positif, tantangan berkelanjutan tetap harus diperhatikan. Konsumsi masyarakat selama festival memang tinggi, namun sifatnya cenderung sementara. Tanpa strategi lanjutan, perputaran ekonomi berhenti begitu acara selesai.
Pemerintah daerah perlu menyusun langkah konkret agar momentum tersebut berubah menjadi pertumbuhan jangka panjang. Pertama, peningkatan kapasitas UMKM harus menjadi prioritas. Pelatihan, pendampingan, dan akses permodalan akan membuat produk lokal lebih kompetitif di pasar nasional maupun internasional.
Kedua, hilirisasi produk lokal harus diperkuat. Bahan baku dari sektor pertanian, peternakan, dan perikanan sebaiknya diolah lebih lanjut agar menghasilkan nilai tambah yang dinikmati masyarakat NTT. Ketiga, digitalisasi pemasaran perlu diperluas melalui platform online agar produk lokal terjual sepanjang tahun, tidak hanya saat festival berlangsung.
Jika langkah-langkah ini berjalan efektif, festival dan pameran akan berfungsi sebagai pemicu awal pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Pendapatan masyarakat meningkat, daya beli menguat, dan kesejahteraan berkembang secara lebih merata.
Festival Sebagai Motor Ekonomi Daerah
Festival dan pameran NTT sepanjang tahun 2025 membuktikan bahwa acara budaya dapat memicu pertumbuhan ekonomi daerah. Berbagai sektor mulai dari UMKM, pariwisata, perdagangan, hingga jasa komunikasi merasakan dampak positif. Analisis Input-Output memperlihatkan efek pengganda yang menyebar ke banyak sektor.
Namun, keberhasilan ini harus diikuti strategi berkelanjutan. Pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat perlu memastikan momentum festival berubah menjadi pertumbuhan jangka panjang. Dengan demikian, pembangunan ekonomi di NTT tidak hanya tangguh, tetapi juga inklusif dan berkelanjutan.
Festival budaya dan pameran ekonomi di NTT pantas dipandang sebagai tonggak penting. Agenda ini tidak hanya memperkuat identitas budaya, tetapi juga membuka jalan bagi kesejahteraan yang lebih luas.