IHSG Sesi I Turun 0,33 %, Saham Konglomerat Ambruk Pagi Ini
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tertekan pada sesi I perdagangan hari ini, 4 Agustus 2025. Bursa Efek Indonesia mencatat penurunan sebesar 0,33% ke level 7.512,9. Sejak pembukaan pasar, tekanan jual mulai mendominasi. Investor langsung merespons pelemahan di sektor-sektor utama.
Sentimen negatif datang dari saham-saham milik konglomerat. Saham-saham tersebut mengalami penurunan tajam. Beberapa emiten besar mencatat koreksi signifikan dan menarik indeks ke bawah. Ini membuat laju IHSG sulit untuk bangkit di paruh awal perdagangan.
Saham-Saham Konglomerasi Jadi Pemicu Koreksi
Sektor konglomerasi mencatat kinerja terburuk sepanjang pagi ini. Emiten besar seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), dan PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) melemah secara bersamaan. Ketiganya berada dalam tren koreksi teknikal setelah reli pekan lalu.
Selain itu, saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan PT Indika Energy Tbk (INDY) juga ikut terseret ke zona merah. Investor memilih aksi ambil untung. Banyak dari mereka keluar dari saham-saham yang sebelumnya mencatatkan penguatan tinggi.
Aksi ambil untung terjadi karena sinyal teknikal menunjukkan overbought. Ini membuat pelaku pasar melakukan reposisi. Mereka memindahkan dana ke sektor lain yang lebih stabil. Namun, belum terlihat sektor penopang yang cukup kuat untuk mendorong indeks kembali naik.
Distribusi Pergerakan Saham Masih Campuran
Meskipun IHSG melemah, tidak semua saham mengikuti arah negatif. Tercatat 352 saham menguat, sementara 278 saham melemah, dan 326 stagnan. Ini menunjukkan bahwa tekanan indeks lebih disebabkan oleh saham kapitalisasi besar. Saham-saham kecil dan menengah masih menunjukkan daya tahan yang cukup.
Sektor seperti teknologi, kesehatan, dan konsumer mencatatkan performa positif. Saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) menjadi penyokong indeks. Namun, kontribusi mereka belum mampu menahan tekanan dari sektor konglomerasi.
Investor asing terpantau melakukan net sell dalam jumlah terbatas. Ini menambah tekanan bagi IHSG, meskipun belum dalam skala besar. Sebagian pelaku pasar memperkirakan tekanan jual asing akan terus berlanjut jika tren global tidak membaik.
Potensi Koreksi Lanjutan Masih Terbuka
Beberapa analis memperkirakan koreksi IHSG belum akan berakhir dalam waktu dekat. Indikator teknikal seperti Moving Average Convergence Divergence (MACD) dan Relative Strength Index (RSI) menunjukkan sinyal pelemahan lanjutan. IHSG berisiko turun ke bawah level psikologis 7.500 jika tekanan tidak segera mereda.
Selain itu, investor mulai mencermati laporan keuangan kuartal II yang mulai dirilis. Beberapa hasil emiten besar berada di bawah ekspektasi. Hal ini bisa memicu koreksi lanjutan pada saham-saham berkapitalisasi besar.
Sentimen global juga belum banyak membantu. Data ekonomi dari Amerika Serikat dan Tiongkok memberi tekanan tambahan. Pelaku pasar mulai memperhitungkan risiko resesi global serta kemungkinan perubahan kebijakan suku bunga.
Meski begitu, beberapa analis tetap optimistis pada jangka menengah. Mereka melihat peluang akumulasi pada saham-saham fundamental kuat. Koreksi ini dinilai sebagai kesempatan beli dengan harga diskon, khususnya untuk investor jangka panjang.
IHSG Masih Rentan di Tengah Tekanan Sektor Konglomerat
Penurunan IHSG pada sesi I hari ini mencerminkan rapuhnya sentimen pasar. Saham konglomerasi menjadi beban utama indeks. Meskipun ada saham-saham yang menguat, belum cukup untuk menahan koreksi indeks secara keseluruhan. Peluang rebound tetap terbuka, namun sangat bergantung pada pergerakan sektor penopang dan data ekonomi mendatang.