hargasaham.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan pada Jumat, 17 Oktober 2025, tertekan oleh jatuhnya saham-saham konglomerat besar. Pada pukul 10.26 WIB, IHSG tercatat melemah 1,45% ke level 8.006, dengan nilai transaksi mencapai Rp10,43 triliun dan volume perdagangan 15,77 miliar saham.
Saham Konglomerat Menjadi Beban IHSG
Saham-saham milik konglomerat besar, yang selama ini menjadi penggerak utama IHSG, mengalami penurunan tajam. Saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) turun 5,09%, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) merosot 7,98%, dan PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) jatuh 7,18%. Selain itu, saham-saham lain seperti BREN, PTRO, dan TPIA juga mengalami penurunan signifikan.
Faktor Penyebab Penurunan IHSG
Beberapa faktor eksternal turut memperburuk kondisi pasar saham Indonesia. Bursa saham Asia melemah mengikuti penurunan di Wall Street, dengan kekhawatiran meningkat setelah muncul tanda-tanda tekanan kredit di sejumlah bank regional Amerika Serikat. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,9%, dan Indeks Nikkei Jepang melemah 1% akibat anjloknya saham-saham perbankan.
Outlook IHSG ke Depan
Analis Phintraco Sekuritas memperingatkan bahwa tekanan jual pada pasar saham Indonesia masih akan berlanjut. Indikator teknikal seperti Stochastic RSI dan MACD menunjukkan sinyal negatif, dengan IHSG ditutup di bawah level MA5 dan MA20. Hal ini berpotensi menguji support di level 7.950–8.000.
Meskipun demikian, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa tetap optimis terhadap prospek IHSG. Ia menilai bahwa pelemahan IHSG saat ini bersifat sementara dan tidak mencerminkan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang kuat. Purbaya juga menekankan pentingnya peran investor domestik dalam menopang pasar saham Indonesia.
Secara keseluruhan, meski IHSG tertekan karena saham konglomerat, prospek jangka panjang pasar saham Indonesia tetap positif. Investor diharapkan dapat bijak dalam mengambil keputusan investasi, dengan mempertimbangkan kondisi pasar dan fundamental ekonomi yang ada.
