hargasaham.id – Pada semester I 2025, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mencatat kerugian bersih sekitar Rp 2,39 triliun, meningkat 41,4 % dibanding periode sama tahun lalu.
Pendapatan usaha juga merosot sekitar 4,48 %, menjadi US$ 1,54 miliar dari sebelumnya US$ 1,62 miliar.
Meski pendapatan operasi turun, GIAA berhasil menekan beban usaha menjadi USD 1,50 miliar dari USD 1,53 miliar.
Untuk neraca, total aset Garuda tercatat US$ 6,51 miliar, sedangkan liabilitas mencapai US$ 8,01 miliar. Akibatnya, perusahaan mengalami ekuitas negatif sebesar US$ 1,49 miliar.
Investor Asing Malah Memborong Saham
Ironisnya, ketika kerugian melebar, investor asing menjadi pembeli terbesar saham GIAA.
Pada sesi perdagangan, net buy asing di saham GIAA mencapai 185,26 juta lembar.
Fenomena ini menunjukkan ada kepercayaan bahwa kerugian bersifat sementara, dan investor mengantisipasi pemulihan jangka menengah ke depan.
Alasan di Balik Optimisme Pasar
Beberapa faktor yang bisa menjelaskan minat asing terhadap saham GIAA:
-
Harapan restrukturisasi dan dukungan pemerintah agar Garuda kembali sehat.
-
Persepsi bahwa kerugian tahun ini sudah diperhitungkan pasar, sehingga rebound potensial terbuka.
-
Prakiraan bahwa ekspansi armada baru dan efisiensi operasional bisa membantu memulihkan kinerja.
-
Potensi suntikan modal atau pembenahan manajemen untuk memperkuat struktur keuangan.
Namun, optimisme ini tetap berisiko tinggi jika langkah strategis tidak berjalan sesuai rencana.
Catatan Penting & Rekomendasi untuk Investor
Untuk investor yang tertarik, berikut beberapa catatan kunci:
-
Pembelian saham saat kondisi stagnan atau merugi mengandung risiko likuiditas dan fluktuasi tajam.
-
Pastikan posisi entry didukung oleh analisis teknikal (volume, breakout, resistance) dan fundamental.
-
Perhatikan pengumuman perusahaan terkait strategi pemulihan, pengadaan pesawat, dan perbaikan neraca.
-
Diversifikasi portofolio agar tidak bergantung penuh pada saham berisiko tinggi seperti GIAA.
-
Siap pasang stop loss jika prediksi optimistis gagal dan tekanan jual meningkat.
Dengan kerugian yang membesar, GIAA seharusnya berada dalam sorotan negatif. Namun kenyataannya, pasar menunjukkan sinyal harapan melalui aksi beli asing. Ke depan, pemulihan Garuda sangat bergantung pada eksekusi strategi, dukungan modal, dan kepercayaan investor yang terus diuji di tengah dinamika industri penerbangan.