Vietnam Menetapkan Target Ambisius untuk Penyimpanan Energi
hargasaham.id – Pada 12 September, Hanoi menggelar meja bundar regional yang membahas model pendanaan untuk Sistem Penyimpanan Energi Baterai (BESS). Global Energy Alliance for People and Planet (GEAPP) dan Tim Tugas BESS Vietnam memimpin acara ini dengan menghadirkan pemangku kepentingan pendanaan, lembaga riset, mitra pembangunan, hingga pakar teknis. Para peserta mendiskusikan solusi konkret untuk memperluas pasar penyimpanan energi di Vietnam.
Vietnam mendorong agenda ini melalui Rencana Pengembangan Tenaga Listrik VIII (PDP8) yang direvisi awal tahun ini. Pemerintah menargetkan 10.000 hingga 16.300 MW kapasitas penyimpanan pada 2030 dan hampir 96.000 MW pada 2050. Secara keseluruhan, kapasitas terpasang listrik Vietnam diproyeksikan mencapai 183.291–236.363 MW pada 2030, meningkat 30–50 persen dibandingkan target sebelumnya yang hanya 150.489 MW. Target ambisius ini menegaskan bahwa Vietnam ingin berdiri di garis depan transformasi energi Asia Tenggara.
Regulasi Baru Mendorong Pertumbuhan Pasar Penyimpanan
Pemerintah memperkuat ekspansi ini dengan kebijakan yang progresif. Undang-Undang Listrik 2025 secara resmi memasukkan BESS sebagai infrastruktur energi nasional. Pada April, Keputusan 988/QD-BCT memperkenalkan kerangka harga untuk proyek surya dengan penyimpanan, termasuk aturan waktu pengosongan minimal dua jam dan rasio penyimpanan sebesar 10 persen dari kapasitas pabrik. Selain itu, draf regulasi mengenai tarif dan harga layanan tengah disusun. Para peserta menilai regulasi tersebut akan menjadi penentu arah pasar penyimpanan energi di masa depan.
Mulai Januari mendatang, tarif listrik dua komponen untuk konsumen besar akan berlaku. Kebijakan ini diprediksi meningkatkan kebutuhan akan solusi penyimpanan di belakang meter, sehingga mendorong permintaan industri terhadap baterai berkapasitas besar.
Namun, para pelaku industri masih menghadapi sejumlah hambatan. Proyek penyimpanan di Vietnam sebagian besar masih berupa pilot dengan biaya awal tinggi, tarif belum jelas, dan belum ada alur pendapatan yang pasti. Kawasan industri lama menambah tantangan karena integrasi penyimpanan dengan infrastruktur usang meningkatkan ongkos implementasi. Meskipun demikian, uji coba lokal menunjukkan manfaat nyata BESS, mulai dari pengoptimalan energi surya hingga pengurangan beban grid.
Studi Kasus Global Memberikan Inspirasi bagi Vietnam
Peserta menekankan bahwa fase transisi ini membawa tantangan sekaligus peluang. Karena kerangka kebijakan belum final, Vietnam dapat merancang aturan ramah investor, mekanisme tarif yang jelas, serta jalur pendanaan berkelanjutan sejak awal. Negara ini berpotensi melompati tahapan dan langsung menjadi pemimpin pasar penyimpanan energi Asia Tenggara.
Contoh dari kawasan lain memberikan inspirasi. India berhasil menurunkan biaya penyimpanan dari 12 sen per kWh menjadi hanya 3–5 sen dengan kombinasi modal murah, pendanaan celah kelayakan, serta tender kompetitif. Tiongkok menunjukkan bagaimana kejelasan regulasi dan panduan pengadaan yang transparan dapat mempercepat skala proyek sekaligus menarik arus modal swasta besar.
Peserta sepakat bahwa meski Vietnam memiliki konteks unik, model internasional yang terbukti dapat mempercepat transisi dari tahap uji coba menuju penerapan komersial penuh. Tren global juga mendukung, karena biaya BESS kini turun menjadi sekitar 77 dolar per kWh, sehingga meningkatkan daya tarik investasi.
Minh Nguyen, Country Manager GEAPP Vietnam, menegaskan pentingnya sinergi. “Vietnam sedang meningkatkan energi terbarukan, dan penyimpanan memberikan fleksibilitas penting bagi jaringan. Dengan menggabungkan pendanaan keringanan, modal publik, dan modal swasta, kita bisa mempercepat proyek uji coba dan membangun momentum untuk penerapan skala besar,” jelasnya.
Kolaborasi Regional dan Mekanisme Pendanaan Jadi Kunci
Dari perspektif regional, mobilisasi modal skala besar muncul sebagai kebutuhan mendesak. Kitty Bu, Wakil Presiden GEAPP Asia Tenggara, menyatakan, “Melalui platform seperti Konsorsium BESS Global dan Southeast Asian ENABLE, kami mendukung proyek yang layak didanai, mengatasi hambatan investasi, dan memperkuat kolaborasi lintas pasar.”
Para pembicara menekankan bahwa pencapaian target PDP8 memerlukan langkah konkret di beberapa bidang. Pertama, tarif berbasis waktu penggunaan harus memberi insentif kuat untuk arbitrase energi. Kedua, aturan pengisian BESS harus jelas untuk memberi kepastian investor. Ketiga, standar lisensi dan integrasi jaringan harus transparan agar mengurangi risiko. Keempat, pasar harus secara resmi mengakui kapasitas baterai sebagai penyedia layanan pendukung.
Di sisi industri, konsolidasi permintaan dari berbagai pabrik bisa menciptakan penggunaan baterai yang lebih efisien. Integrasi BESS dengan energi terbarukan seperti surya dan angin akan meningkatkan penangkapan energi sekaligus memperkuat stabilitas jaringan listrik. Dengan begitu, industri dapat menekan biaya operasional sekaligus meningkatkan daya saing.
Di bidang pembiayaan, peserta menilai insentif pajak, dana konsesional, dan model kemitraan publik-swasta sebagai elemen vital. Mereka menyoroti pentingnya modal katalis untuk mengurangi risiko dan menarik pemodal komersial. Analisis proyek uji coba menunjukkan bahwa tingkat pengembalian sangat bergantung pada biaya awal, struktur tarif, dan tren harga listrik. Oleh karena itu, skema pendanaan campuran dianggap paling efektif untuk mendorong penerapan skala besar.
Gugus Tugas BESS Vietnam mengambil peran sentral dengan menyatukan mitra, menghadirkan keahlian teknis, serta memfasilitasi diskusi kebijakan. Mereka berusaha membawa pasar dari proyek-proyek terpisah menuju ekosistem investasi yang lebih terstruktur.
Meja bundar ini akhirnya menyepakati bahwa Vietnam memiliki modal kuat untuk menjadi pemimpin regional. Dengan penurunan biaya global, pengakuan hukum baru, dan reformasi kebijakan yang sedang berlangsung, langkah berikutnya adalah menyelaraskan tarif, pendanaan, serta standar teknis untuk membuka peluang investasi besar.