hargasaham.id – PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) resmi menjadi bagian dari konsorsium proyek Tol Bogor–Serpong (via Parung) yang nilainya mencapai Rp 12,35 triliun. Dalam struktur kepemilikan PT Bogor Serpong Infra Selaras (BSIS), ADHI memegang 12% saham. Sementara itu, porsi lain terdiri dari PT Persada Utama Infra 52%, PT Jasa Marga (Persero) Tbk 26%, dan PT Hutama Karya Infrastruktur 10%.
Proyek ini dijalankan dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan masa konsesi selama 40 tahun. Menurut Direktur Utama ADHI, Entus Asnawi Mukhson, kolaborasi ini menunjukkan sinergi kuat antara BUMN dan swasta dalam memperkuat konektivitas nasional serta mendorong pemerataan ekonomi di wilayah metropolitan Jabodetabek.
Rencana Proyek dan Dampak Konektivitas
Tol Bogor–Serpong via Parung memiliki panjang total 32,03 kilometer yang terbagi menjadi 27,83 kilometer di Jawa Barat dan 4,20 kilometer di Banten. Pembangunan proyek ini akan dilakukan melalui empat seksi dengan jadwal pengadaan lahan dimulai 2026. Konstruksi direncanakan pada Oktober 2026 dan penyelesaian ditargetkan akhir 2028.
Tol ini akan menjadi jalur strategis penghubung kawasan permukiman di Bogor dengan area komersial di Tangerang. Kehadirannya diharapkan mengurangi kemacetan, mempercepat waktu tempuh, dan membuka potensi pertumbuhan ekonomi baru di sepanjang koridor Jabodetabek. Proyek ini juga menjadi bagian dari jaringan JORR III (Jakarta Outer Ring Road III) yang akan memperkuat sistem transportasi regional di sekitar ibu kota.
Strategi Investasi dan Tantangan Proyek
Skema KPBU memungkinkan proyek ini tidak menggunakan dana APBN. Model pembiayaan tersebut memberi ruang bagi sektor swasta berperan lebih besar dalam pendanaan infrastruktur. Dengan kepemilikan 12%, ADHI berperan signifikan dalam tahap perencanaan hingga pelaksanaan proyek.
Meski demikian, sejumlah tantangan tetap menanti. Pengadaan lahan menjadi prioritas utama agar tidak menghambat waktu pelaksanaan konstruksi. Selain itu, penyelarasan izin lingkungan dan evaluasi teknis perlu diselesaikan lebih awal agar proyek dapat berjalan sesuai jadwal. Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menekankan pentingnya koordinasi antar instansi untuk menjaga kepastian hukum dan kelancaran proyek.
Keterlambatan pada salah satu tahapan dapat memengaruhi target operasional. Oleh karena itu, kolaborasi erat antara pemerintah, BUMN, dan swasta menjadi kunci keberhasilan pembangunan infrastruktur besar seperti ini.
Implikasi bagi ADHI dan Perekonomian Nasional
Bagi ADHI, keterlibatan dalam proyek Rp 12,35 triliun ini memperkuat posisi perusahaan sebagai pemain utama sektor konstruksi dan infrastruktur nasional. Dengan porsi 12% di konsorsium, ADHI berpotensi memperoleh pendapatan jangka panjang dari pengelolaan tol selama masa konsesi.
Dari sisi nasional, proyek Tol Bogor–Serpong memberikan dampak positif pada konektivitas antar wilayah, mempercepat distribusi logistik, serta memperluas akses ke kawasan industri dan perumahan. Selain meningkatkan efisiensi mobilitas, proyek ini juga diharapkan menciptakan lapangan kerja baru serta mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitar.
Secara keseluruhan, langkah strategis ADHI menjadi bagian dari konsorsium ini mencerminkan arah baru pembangunan infrastruktur Indonesia. Sinergi antar BUMN dan pihak swasta menjadi fondasi penting untuk mempercepat pemerataan ekonomi nasional dan memperkuat daya saing wilayah metropolitan Jabodetabek di masa depan.
