hargasaham.id – Pada perdagangan Selasa, 14 Oktober 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi dengan anjlok 1,95% ke level 8.066,52. Penurunan ini terjadi di tengah aksi jual besar-besaran oleh investor asing senilai Rp 1,36 triliun. Total frekuensi perdagangan tercatat 3,25 juta kali dengan volume perdagangan 48,3 miliar saham dan nilai transaksi harian mencapai Rp 32 triliun.
Analis BNI Sekuritas, Herditya Wicaksana, mengatakan penurunan IHSG dipicu kekhawatiran investor terhadap ketegangan perang dagang Amerika Serikat dan China yang kembali memanas. Investor asing melakukan profit taking dan beralih ke instrumen lebih aman. Saham-saham unggulan seperti BBRI, BBCA, BMRI, BRMS, dan BBNI menjadi yang paling banyak dijual. Selain faktor global, sentimen domestik juga menekan indeks, meskipun beberapa saham di sektor energi dan pertambangan tetap mencatatkan kenaikan.
Aksi Jual Saham Unggulan
Saham perbankan menjadi sorotan utama, terutama BBRI, BBCA, BMRI, BRMS, dan BBNI, yang mengalami tekanan jual cukup besar. Penurunan harga saham unggulan ini memengaruhi pergerakan IHSG secara keseluruhan.
Investor asing juga melakukan diversifikasi portofolio dengan mengalihkan dana ke instrumen dengan risiko lebih rendah. Aktivitas jual beli di saham unggulan menunjukkan respons cepat pasar terhadap faktor eksternal dan ketidakpastian ekonomi global. Hal ini mengindikasikan bahwa investor masih berhati-hati dalam menempatkan modalnya di pasar domestik.
Volume dan Nilai Transaksi Besar
Total volume perdagangan mencapai 48,3 miliar saham dengan nilai transaksi harian Rp 32 triliun, mencerminkan tingginya aktivitas pasar. Lonjakan transaksi ini sebagian besar dipicu oleh aksi jual investor asing.
Frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 3,25 juta kali, menunjukkan volatilitas yang meningkat dan ketidakpastian investor terhadap pergerakan IHSG. Aktivitas ini menjadi indikator bahwa pasar saham Indonesia sedang mengalami tekanan signifikan dari faktor global maupun domestik.
Secara keseluruhan, penurunan IHSG 14 Oktober 2025 mencerminkan sentimen hati-hati investor dan pengaruh aksi jual besar dari investor asing, sementara sektor tertentu masih menunjukkan ketahanan di tengah tekanan pasar.
