hargasaham.id – Pengumuman hasil lelang spektrum frekuensi 1,4 GHz oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) pada pertengahan Oktober 2025 membawa dampak signifikan terhadap pergerakan saham dua emiten telekomunikasi: PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA). Kedua perusahaan ini berhasil memenangkan tender untuk wilayah yang berbeda, namun respons pasar terhadap saham mereka menunjukkan perbedaan arah yang menarik untuk dianalisis.
Hasil Lelang dan Strategi Perusahaan
PT Telemedia Komunikasi Pratama, anak usaha dari WIFI, memenangkan lelang spektrum 1,4 GHz untuk Regional I yang mencakup Pulau Jawa, Maluku, dan Papua dengan nilai penawaran Rp 403,76 miliar. Sementara itu, anak usaha DSSA, PT Eka Mas Republik, berhasil memenangkan lelang untuk Regional II dan III dengan nilai masing-masing Rp 300,9 miliar dan Rp 100,9 miliar. Kedua perusahaan berencana mengembangkan layanan Fixed Wireless Access (FWA) berbasis 5G dengan kecepatan 100 Mbps dan harga terjangkau, menargetkan pasar rumah tangga di wilayah masing-masing.
Reaksi Pasar terhadap Saham WIFI dan DSSA
Pasca pengumuman lelang, saham WIFI mengalami lonjakan harga yang signifikan, namun diikuti dengan koreksi tajam. Pada perdagangan sebelumnya, saham WIFI sempat menyentuh level tertinggi intraday Rp 4.190, namun ditutup melemah 12,23% di Rp 3.300 per lembar saham. Sementara itu, saham DSSA menunjukkan tren positif, meskipun tidak seagresif WIFI. Perbedaan respons pasar ini mencerminkan bagaimana investor menilai potensi dan risiko masing-masing perusahaan dalam mengimplementasikan strategi pasca lelang.
Kedua perusahaan memiliki strategi ekspansi yang ambisius. WIFI menargetkan untuk menjangkau 45 juta rumah tangga di Regional I dalam lima tahun ke depan, dengan memanfaatkan infrastruktur fiber optik yang telah ada dan menggandeng mitra seperti PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Centratama Menara Indonesia Tbk (CENT). DSSA, di sisi lain, berfokus pada ekspansi ke wilayah luar Jawa, yang selama ini memiliki akses internet terbatas, dengan harapan dapat meningkatkan penetrasi pasar dan memenuhi kebutuhan digital di daerah tersebut.
Namun, tantangan besar menanti kedua perusahaan, terutama dalam hal implementasi teknologi FWA, pengelolaan biaya operasional, dan persaingan dengan penyedia layanan internet lainnya. Keberhasilan strategi mereka akan sangat bergantung pada kemampuan untuk mengatasi tantangan ini dan memenuhi ekspektasi pasar.
