Dana Asing Melimpah, Tapi Saham Ini Malah Tersingkir dari Bursa
hargasaham.id – Investor asing tercatat melakukan net buy besar selama sepekan, mencapai Rp 5,4 triliun. Namun, tidak semua saham kebagian berkah ini. Beberapa emiten justru menjadi korban aksi jual asing, meskipun tren umum menunjukkan penguatan asing di pasar.
Saham yang Mengalami Tekanan Penjualan Asing
Pada Kamis (14/8), pasar mencatat aksi beli asing mencapai 5,84 miliar lembar saham, sementara penjualan mencapai sekitar 5,08 miliar lembar. Hal ini menghasilkan net buy asing sebesar 764,70 juta lembar. Namun, sejumlah saham tetap menjadi incaran pelepasan asing, antara lain:
-
Multipolar Tbk (MLPL): investor asing menjual 102,33 juta lembar, sedangkan pembelian hanya sekitar 50 juta, sehingga mencatat net sell sekitar 52,63 juta lembar.
-
Bakrie & Brothers (BNBR): asing menjual lebih dari 48 juta lembar, dan hampir tidak membeli, sehingga jadi salah satu saham dengan net sell tertinggi.
-
Kalbe Farma (KLBF) dan Summarecon Agung (SMRA) juga mengalami tekanan jual asing signifikan, dengan net sell masing-masing sekitar 32,66 juta dan 25,20 juta lembar.
-
Selain itu, data dari IDN Financials per Jumat (15/8) menunjukkan bahwa GoTo (GOTO) menempati posisi teratas saham yang paling banyak dijual asing, yaitu net sell 526 juta lembar.
-
Saham lainnya yang terkena tekanan adalah Wir Asia (WIRG), Sentul City (BKSL), Eagle High Plantations (BWPT), dan Darma Henwa (DEWA) karena direksi asing yang lebih banyak menjual daripada membeli.
Kontras: Saham BUMN Diprioritaskan Investor Asing
Terlepas dari tekanan di beberapa saham, investor asing justru memburu saham BUMN. Misalnya:
-
Telkom Tbk (TLKM): asing membeli 187,83 juta lembar dan menjual 82,87 juta, sehingga tercatat net buy 104,96 juta.
-
BRI (BBRI) mengalami pembelian asing sebesar 103,16 juta dan penjualan 38,28 juta, menghasilkan net buy 64,87 juta.
-
WIR Asia (WIRG) mencatat net buy 438,67 juta lembar, sedangkan BW Plantation (BWPT) mencatat net buy 113,42 juta.
Implikasi dan Strategi Investor
Fenomena ini membuktikan arus asing positif, namun tekanan masih menimpa saham properti, farmasi, pertambangan, dan digital tertentu. Investor besar tidak hengkang, mereka mengalihkan dana ke saham likuid dan fundamental kuat, termasuk BUMN serta sektor teknologi.
Investor dan pengamat pasar perlu memperhatikan dinamika ini dalam strategi portofolio. Dalam likuiditas tinggi, saham fundamental kuat lebih aman, sedangkan net sell asing butuh evaluasi valuasi dan risikonya.