hargasaham.id – Peritel papan atas seperti MAPI, ACES, dan AMRT tengah gencar memperluas jangkauan bisnis pada 2025. MAPI menyasar merek Ace Hardware, menandatangani kerja sama dengan Ace Hardware Corp untuk membawanya kembali ke pasar Indonesia. Selain itu, perusahaan juga mengakuisisi seluruh GS Supermarket melalui anak usahanya dan menargetkan pembukaan 40 gerai baru Starbucks di seluruh Indonesia, termasuk daerah non-tier-1 seperti Lombok dan Batam.
Sementara itu, ACES, pemilik merek Azko, merencanakan membuka 25–30 toko baru pada 2025, dengan fokus utama pasar di Indonesia Timur yang mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi. Selain itu, AMRT (Alfamart) membidik pembangunan 1.000 gerai baru — mayoritas di wilayah Jabodetabek. Untuk mendukung ekspansi itu, perusahaan menyiapkan capex sebesar Rp4,5–5 triliun, mencakup perpanjangan izin usaha serta pengembangan toko baru sebanyak 2.700–2.800 unit.
Dampak pada Kinerja Keuangan Emiten
Ekspansi agresif di tengah kondisinya peluang dan risiko. Terlebih lagi daya beli konsumen cenderung menurun. Namun, sebagian emiten peritel tampak memetik hasil positif. Laba bersih AMRT naik 4,98% secara tahunan (yoy), dari Rp1,79 triliun menjadi Rp1,88 triliun pada semester I/2025. Tren ini menunjukkan bahwa strategi ekspansi tidak melulu membebani biaya, melainkan dapat memperkuat performa keuangan jika dilaksanakan dengan tepat.
Respons Pasar Saham Terhadap Ekspansi
Dengan agresifnya ekspansi dan sinyal positif kinerja keuangan, saham peritel ini menunjukkan daya tarik bagi investor. Investor mulai memantau potensi pertumbuhan jangka panjang dan memperhitungkan peluang valuta dari ekspansi yang menyasar banyak wilayah. Namun demikian, mereka tetap menyadari risiko utamanya berupa biaya capex besar dan ketidakpastian permintaan di tengah melemahnya daya beli masyarakat.
Tantangan dan Potensi Jangka Panjang
Ekspansi nasional terhadap brand internasional adalah langkah berisiko sekaligus berpotensi besar. Selain itu, peritel perlu memastikan efektivitas penganggaran capex dan menyesuaikan strategi operasional dengan karakter pasar lokal di luar Jawa.
Jika perusahaan berhasil memanfaatkan momentum pertumbuhan akan tumbuh pesat, ekspektasi investor bisa tetap positif. Sebaliknya, bila penyerapan pasar tidak sesuai harapan, saham bisa tertekan. Investor disarankan untuk memantau metrik seperti revenue per store, NIM, dan proyeksi arus kas, sambil tetap mencermati dinamika daya beli nasional