hargasaham.id – Minggu ini, pasar menunggu keputusan kebijakan moneter di Amerika Serikat dan Inggris. Federal Reserve (Fed) AS hampir pasti akan memangkas suku bunga, sementara Bank of England (BoE) kemungkinan besar akan mempertahankannya. Perbedaan ini memunculkan pertanyaan: mengapa dua bank sentral utama menghadapi situasi yang kontras? Jawabannya terkait dengan faktor ekonomi, kepercayaan investor, dan dinamika pasar global.
Fed Memangkas Suku Bunga, BoE Mempertahankan
Fed bergerak lebih agresif untuk memangkas suku bunga karena inflasi di AS sedikit lebih rendah daripada Inggris, tetapi defisit pemerintah dan utang nasional relatif terhadap PDB lebih tinggi. Ekonomi AS masih tumbuh meskipun lambat, sementara pertumbuhan Inggris tampak stagnan. Dengan konteks ini, Fed memutuskan menurunkan biaya pinjaman untuk mendorong aktivitas ekonomi, sedangkan BoE harus berhati-hati karena risiko biaya pinjaman tinggi.
Pemerintah Inggris menghadapi tantangan unik. Mereka harus meminjam dengan tingkat bunga tinggi, bukan hanya dibandingkan AS, tetapi juga dibandingkan negara maju lain. Hal ini terjadi karena pemerintah, bank sentral, dan mata uang Inggris relatif kurang dipercaya oleh komunitas investasi global. Akibatnya, pemerintah Inggris membayar premi pinjaman yang lebih besar. Misalnya, yield obligasi pemerintah Inggris 10 tahun sekitar 4,7 persen, sedangkan yield obligasi Yunani hanya 3,4 persen. Kondisi ini memaksa Inggris menyesuaikan kebijakan moneter secara hati-hati agar tetap stabil di mata investor.
Kepercayaan Investor Menentukan Kebijakan Moneter
Kepercayaan terhadap bank sentral menjadi faktor penting dalam menentukan arah kebijakan. Pasar mengamati apakah Fed dapat mempertahankan independensi di tengah tekanan politik. Dalam beberapa bulan terakhir, harga emas menembus rekor tertinggi, mencapai sekitar $3.650 per ounce. Harga ini lebih tinggi dibanding puncak inflasi pada 1980-an, setelah disesuaikan dengan inflasi. Lonjakan harga emas ini menunjukkan kekhawatiran investor terhadap inflasi global dan keberlanjutan kebijakan moneter.
Meskipun saat ini AS tidak menghadapi krisis inflasi ekstrem seperti pada era Paul Volcker, kenaikan harga di negara berkembang tetap signifikan. Bank sentral utama menetapkan target inflasi sekitar 2 persen, namun ekspektasi inflasi jangka panjang tetap di atas target. Misalnya, survei Bank of England memperkirakan inflasi lima tahun ke depan sebesar 3,8 persen. Hal ini menekankan pentingnya langkah Fed, karena keputusan mereka memengaruhi ekonomi global, termasuk Inggris.
Tekanan Politik dan Tantangan Independensi Fed
Fed menghadapi tekanan politik signifikan, terutama dari mantan Presiden Donald Trump. Ia melancarkan kritik terhadap Ketua Fed, Jerome Powell, dan berusaha memengaruhi komposisi Dewan Gubernur dengan menargetkan Lisa Cook. Tekanan ini menciptakan risiko bagi independensi Fed. Namun, pasar sejauh ini tetap percaya bahwa Fed akan mempertahankan kebijakan moneter yang relatif stabil. Pasar belum menunjukkan lonjakan dolar atau kenaikan biaya pinjaman secara dramatis meskipun kritik politik muncul. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun independensi Fed berada di bawah ancaman, pasar masih mengandalkan ketangguhan kebijakan mereka.
Fed kemungkinan besar akan tetap menurunkan suku bunga secara marginal, menjaga inflasi dalam batas yang wajar. Mereka cenderung tidak menaikkan suku bunga meskipun harga kembali meningkat. Strategi ini bertujuan menjaga pertumbuhan ekonomi AS tetap stabil, sambil meminimalkan risiko pasar global. Langkah Fed secara langsung memengaruhi biaya pinjaman di Inggris karena pasar mengikuti dinamika pinjaman AS. Jika Fed menaikkan biaya pinjaman, Inggris harus menyesuaikan diri untuk menjaga daya tarik obligasi pemerintahnya.
Dampak Kebijakan Moneter AS terhadap Inggris
Kebijakan Fed memengaruhi biaya pinjaman pemerintah Inggris dan biaya kredit rumah tangga serta investasi bisnis. Jika Fed memangkas suku bunga, Inggris memiliki ruang untuk menahan tingkat bunga agar stabil. Sebaliknya, jika Fed menaikkan suku bunga, Inggris menghadapi tekanan meningkatnya biaya pinjaman karena mereka membayar premi lebih tinggi untuk meminjam dalam poundsterling. Situasi ini menimbulkan tantangan bagi Menteri Keuangan Inggris, Rachel Reeves, dalam menyusun anggaran dan mengelola keuangan publik.
Masyarakat Inggris juga merasakan dampaknya. Pinjaman rumah dan pembiayaan bisnis menjadi lebih mahal jika biaya pinjaman global meningkat. Oleh karena itu, keputusan Fed bukan hanya isu AS, tetapi masalah yang memengaruhi kesejahteraan ekonomi Inggris dan stabilitas finansial rumah tangga serta perusahaan.
Harapan Terhadap Fed dan Stabilitas Ekonomi
Meskipun Fed tidak sempurna dan reputasinya dalam mengendalikan inflasi lebih rendah dibanding Bank Sentral Eropa, harapan tetap tinggi. Investor dan pemerintah berharap Fed mampu bertindak tenang menghadapi tekanan politik. Langkah yang bijaksana dari Fed dapat menjaga stabilitas pasar global, termasuk Inggris. Jika Fed kehilangan kendali atau tidak mempertahankan kebijakan yang kredibel, konsekuensinya akan terasa luas, mulai dari biaya pinjaman pemerintah hingga likuiditas pasar dan investasi swasta.
Investor terus memantau kebijakan Fed untuk mengantisipasi langkah moneter berikutnya. Sementara itu, Inggris harus menyeimbangkan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan dengan risiko pasar yang sensitif terhadap suku bunga. Kepercayaan investor terhadap pemerintah dan bank sentral Inggris tetap menjadi faktor kunci dalam menentukan strategi ekonomi ke depan.
Fed Memimpin, BoE Mengikuti
Perbedaan pendekatan antara Fed dan BoE mencerminkan konteks ekonomi dan kepercayaan investor yang berbeda. Fed menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas harga, sementara BoE menahan tingkat bunga karena tekanan biaya pinjaman yang tinggi dan risiko inflasi. Pasar global memperhatikan setiap langkah kedua bank sentral, karena keputusan mereka memengaruhi ekonomi negara lain, terutama Inggris.
Dengan demikian, kemandirian Fed tetap menjadi fokus utama. Keputusan mereka tidak hanya memengaruhi AS, tetapi juga menentukan biaya pinjaman, investasi, dan stabilitas finansial global. Inggris, yang membayar premi tinggi untuk pinjaman dalam poundsterling, sangat bergantung pada arah kebijakan Fed. Jika Fed tetap kredibel dan independen, pasar akan stabil, dan Inggris dapat merencanakan kebijakan fiskal serta moneter dengan lebih pasti.