hargasaham.id – Masuk ke cabang mana pun jaringan supermarket diskon Aldi di Inggris, pengunjung akan menyadari satu hal yang berbeda dari supermarket lain: rak rokok dan produk tembakau kosong. Larangan menjual produk tembakau ini menimbulkan konflik panjang antara saudara-saudara pendiri Aldi di Jerman. Selama lebih dari 60 tahun, keluarga Albrecht menghadapi perselisihan internal yang pahit, termasuk tuduhan, perdebatan warisan, hingga penculikan.
Kini, harapan muncul bahwa konflik bisnis itu bisa berakhir. Keluarga sedang membahas penggabungan kembali bagian-bagian perusahaan yang terpecah. Jika tercapai kesepakatan, Aldi berpotensi menjadi raksasa ritel dengan lebih dari 10.000 toko di seluruh dunia, melampaui hampir semua pesaingnya. Untuk perbandingan, Tesco, supermarket terbesar di Inggris, memiliki sekitar 5.000 toko. Prospek ini akan membuat Aldi semakin kuat di Inggris, tempatnya sudah menjadi grosir terbesar keempat di negara tersebut.
Dari Awal Mula hingga Perpecahan
Aldi menarik minat pembeli Inggris karena menawarkan harga rendah, yang memikat pelanggan dari berbagai lapisan, baik keluarga berpenghasilan rendah maupun kelas menengah yang mencari nilai. Namun, banyak orang tidak menyadari fakta bahwa Aldi sebenarnya terbagi menjadi dua jaringan terpisah, hasil konflik keluarga.
Kedua saudara, Theo dan Karl Albrecht, mendirikan perusahaan ini di Essen, Jerman, pada 1946, tepat setelah negara itu berusaha bangkit dari kehancuran pascaperang. Theo bertempur di Afrika Utara di bawah komando Jenderal Erwin Rommel, sementara Karl terluka di front Rusia. Setelah kembali dari kamp tawanan perang, keduanya mengambil alih toko kelontong kecil keluarga dan memulai perjalanan ekspansi mereka.
Aldi, singkatan dari Albrecht-Diskont, berkembang dengan cepat. Mereka mempertahankan harga rendah melalui penghematan biaya yang ketat, termasuk meniadakan iklan dan mengurangi desain toko yang kompleks. Bahkan beberapa outlet awal tidak memiliki rak, dan para pendiri menerapkan kebiasaan hemat dalam kehidupan pribadi mereka. Theo menggunakan pensil hingga habis, mengenakan jas longgar, dan makan makanan sederhana, terutama kentang. Karl juga mengadopsi gaya hidup hemat yang sama.
Perselisihan Soal Rokok Memecah Perusahaan
Pertumbuhan Aldi berlangsung pesat selama 1940-an dan 1950-an. Namun pada 1961, perselisihan soal penjualan rokok memicu perpecahan. Theo ingin menjual tembakau, sementara Karl menentang karena khawatir pencurian meningkat. Konflik ini membagi bisnis menjadi dua bagian: Theo memimpin Aldi Nord (utara), yang tetap menjual tembakau, dan Karl mengawasi Aldi Sud (selatan), yang melarang penjualan tembakau. Keduanya sepakat untuk tidak bersaing satu sama lain, sehingga terbentuk garis pembagian yang dikenal sebagai Aldi Equator. Aldi Sud berkembang ke Inggris, Italia, dan Australia, sementara Aldi Nord menyasar Spanyol, Prancis, Polandia, dan wilayah utara Jerman.
Kedua saudara ini menjadi sangat kaya pada 1970-an. Tahun 1971, Theo diculik oleh seorang penjahat dan pengacaranya. Para penculik menahan Theo di dalam lemari selama 17 hari dan menuntut tebusan 1,5 juta pound. Keluarga membayar uang itu dari kas perusahaan, meski hanya separuhnya berhasil dikembalikan. Theo bahkan berusaha mengklaim uang tebusan sebagai pengeluaran bisnis, meski gagal.
Peristiwa ini membuat keluarga semakin menjaga privasi. Theo membangun properti aman di Leheran, Jerman, menggunakan mobil lapis baja, dan mengganti rute perjalanannya setiap hari. Karl juga membangun hotel golf dengan bungalow pribadi yang terhubung ke lapangan golf melalui terowongan untuk menghindari perhatian publik.
Kepemimpinan, Kekayaan, dan Ekspansi Global
Theo dan Karl memimpin perusahaan masing-masing hingga 1990-an. Pada 1993, Theo memutuskan untuk pensiun, sedangkan Karl mundur dari posisi CEO Aldi Sud setahun kemudian, tetap menjabat sebagai ketua hingga 2002. Ketika Theo meninggal pada 2010, kekayaannya mencapai hampir 14 miliar pound, sementara Karl wafat empat tahun kemudian dengan harta 15,5 miliar pound.Aldi membuka toko pertama di Inggris pada 1990 di Birmingham. Pada 2014, Aldi menguasai 4,6 persen pasar grosir Inggris, dan kini meningkat menjadi 10,8 persen. Pada 2023, Aldi menghasilkan 537 juta pound dari penjualan hampir 18 miliar pound di Inggris dan Irlandia.
Kedua bagian bisnis tetap dikendalikan oleh keluarga Albrecht melalui jaringan trust. Namun konflik keluarga tetap muncul. Pada 2012, perselisihan terjadi setelah kematian putra Theo, Berthold, karena surat wasiatnya membatasi kontrol anggota keluarga tertentu. Konflik berlanjut pada 2018 ketika Cacilie Albrecht, janda Theo, menyatakan lima cucunya dan menantu tidak boleh memengaruhi keputusan bisnis Aldi Nord karena dianggap bertentangan dengan filosofi perusahaan.
Menuju Rekonsiliasi Keluarga
Drama keluarga baru berakhir pada 2023, ketika kesepakatan tercapai untuk menyamakan kepemilikan Aldi Nord di antara anggota keluarga. Laporan Juni 2025 menyebutkan bahwa keluarga kini membahas kemungkinan penggabungan kembali kedua jaringan menjadi satu perusahaan, dengan pembagian kendali yang setara. Aldi Sud mulai menjual tembakau di beberapa toko, menandai meredanya konflik lama soal rokok.
Meskipun masih ada kemungkinan konflik baru muncul berdasarkan warisan keluarga, kesepakatan ini menandai langkah besar untuk menyatukan kembali perusahaan yang terpecah lebih dari enam dekade. Jika mereka berhasil, Aldi akan menjadi kekuatan ritel global yang tak tertandingi, memanfaatkan sejarah panjang, filosofi hemat, dan pengaruh keluarga yang kuat untuk memperkuat posisinya di pasar internasional.