hargasaham.id – Dalam lanskap investasi yang dipengaruhi berita global dan fluktuasi suku bunga bank, Surat Utang Pemerintah Singapura (T-bills) tetap menjadi opsi aman dan praktis bagi investor. Tenor jangka pendek memberikan fleksibilitas untuk pengembalian cepat tanpa terikat jangka panjang.
Pada 2024, T-bill 6 bulan menampilkan performa yang kuat. Hasil obligasi ini memulai tahun sekitar 3,7–3,8% dan pada 1 Agustus ditutup di 3,40%, sedikit lebih tinggi dari hasil 25 Juli sebesar 3,38%. T-bill 12 bulan pun berkisar antara 3,45–3,58% pada paruh pertama 2024, membuatnya lebih kompetitif dibanding deposito bank dan suku bunga CPF OA.
Namun, pada 2025, gambaran berubah drastis. Lelang T-bill 6 bulan terakhir pada 28 Agustus (BS25117E) menutup hasil di 1,44%, turun dari 1,59% sebelumnya dan jauh di bawah tingkat pertengahan 2024. Dengan inflasi inti melandai ke 0,5% pada Juli dan inflasi keseluruhan sebesar 0,6%, suku bunga saat ini relatif rendah. Meski demikian, bagi investor yang menekankan pelestarian modal dan keamanan, T-bills tetap menjadi pilihan jangka pendek yang bijaksana.
Penurunan Yield T-bill Terbaru dan Dampaknya
Hasil T-bill 6 bulan per 28 Agustus 2025 menurun menjadi 1,44%, jauh di bawah level sekitar 3,4% pada Agustus 2024. Penurunan ini merupakan kelanjutan tren dari Februari 2025, saat yield 6 bulan masih berada di bawah 2,8%.
Untuk T-bill 12 bulan, hasil terbaru pada Juli menunjukkan penurunan menjadi sekitar 1,68%, dari 2,29% pada April. Pada lelang 28 Agustus 2025, tingkatnya semakin melambat ke 1,45%, yang merupakan level terendah dalam dua tahun terakhir.
Penurunan yield ini memengaruhi investor individu. Saat ini, T-bill 6 bulan maupun 12 bulan tidak lagi unggul dibandingkan rekening CPF yang menawarkan tingkat dasar 2,5% hingga 3,5% dengan bonus. Beberapa bank besar menyediakan deposito tetap 6 bulan sekitar 2,1% dan deposito 12 bulan hingga 2,45%, secara signifikan lebih tinggi daripada yield T-bill terbaru. Artinya, investor mungkin memperoleh pengembalian lebih baik melalui deposito bank atau CPF.
Faktor yang Menekan Yield T-bill
1. Ekspektasi Pemotongan Suku Bunga Global
Investor memperkirakan Federal Reserve AS akan menurunkan suku bunga karena inflasi global yang melambat dan inflasi inti Singapura yang hanya 0,5% pada Juli. Ekspektasi ini menekan yield obligasi jangka pendek di Singapura, termasuk T-bills.
2. Kebijakan Moneter MAS Lebih Longgar
Pada Januari 2025, Otoritas Moneter Singapura (MAS) mengendurkan kebijakan melalui penyesuaian kemiringan pita S$NEER, alat yang digunakan MAS untuk mengelola inflasi dan kondisi ekonomi. Langkah ini menurunkan suku bunga domestik dan berdampak langsung pada hasil T-bills.
3. Peralihan Investor ke Deposito Tetap
Deposito berjangka mulai menawarkan 2,1% untuk 6 bulan dan 2,45% untuk 12 bulan, mengalahkan T-bills yang kini hanya 1,4–1,7%. Investor cenderung menempatkan dana mereka di opsi yang lebih menguntungkan ini, sehingga menekan permintaan T-bills.
4. Likuiditas dan Aliran Dana Keamanan
Likuiditas tinggi di sistem perbankan Singapura dan aliran dana asing yang mencari aset berperingkat AAA membuat hasil obligasi pemerintah tetap rendah. Investor menyukai T-bills karena stabilitasnya, namun kelebihan likuiditas menekan pengembalian yang ditawarkan.
Lelang T-bill Mendatang di 2025
Lelang T-bill 6 bulan dijadwalkan rutin hingga Desember, sementara T-bill 12 bulan memiliki satu jadwal lelang utama pada Oktober. Dengan imbal hasil yang lebih rendah, banyak investor mulai mempertimbangkan ulang strategi mereka dan menilai apakah dana sebaiknya dialokasikan ke instrumen lain dengan pengembalian lebih tinggi.
Apakah T-bills Masih Relevan untuk Investor?
Bagi investor yang mengutamakan keamanan dan kepastian pembayaran, T-bills tetap relevan. Instrumen ini cocok untuk menempatkan dana sementara sebelum dialokasikan ke obligasi jangka panjang, saham, atau properti. Pemerintah menjamin pengembalian penuh, memberi rasa aman bahkan dengan tingkat pengembalian rendah.
Sebaliknya, jika tujuan utama adalah memaksimalkan hasil, investor mungkin lebih memilih deposito tetap, bunga CPF OA, atau dana pasar uang yang menawarkan likuiditas dan pengembalian kompetitif. Mengunci dana dalam T-bill dengan yield 1,4–1,7% berarti investor menanggung biaya kesempatan dari pengembalian yang lebih tinggi di alternatif lain.
Alasan Investor Masih Memilih T-bills
-
Profil Risiko Rendah: Investor menggunakan T-bills untuk menyeimbangkan portofolio mereka yang memuat saham, REIT, atau aset berisiko tinggi lainnya.
-
Likuiditas yang Sesuai: Jatuh tempo 6–12 bulan memungkinkan dana ditempatkan sementara sebelum dialokasikan ke investasi lain.
-
Permintaan Institusi Tinggi: Perusahaan asuransi dan dana besar terus berpartisipasi, menekan yield agar tetap rendah.
-
Kenyamanan Psikologis: Investor ritel merasa lebih aman memegang obligasi pemerintah dibandingkan deposito bank meski pengembaliannya lebih rendah.
Risiko dan Pertimbangan
Walaupun T-bills berisiko rendah, investor harus memahami beberapa risiko:
-
Yield dapat berubah akibat fluktuasi inflasi, kebijakan bank sentral, dan sentimen pasar.
-
SBI tidak likuid sebelum jatuh tempo; penjualan dini bisa mengakibatkan kerugian.
-
Pengembalian T-bills mungkin tidak menutupi inflasi jika digunakan sebagai satu-satunya instrumen investasi.
Ringkasan kelebihan dan kekurangan T-bills:
Kelebihan | Kekurangan |
---|---|
Minimum investasi rendah (S$1.000) | Yield relatif rendah |
Bisa dibeli dan dijual di pasar sekunder | Tidak ada kupon bulanan |
Pendapatan bunga bebas pajak | Mengunci dana hingga jatuh tempo |
Risiko default nol | Sensitif terhadap perubahan suku bunga |
Baik untuk diversifikasi portofolio | Harus melalui proses lelang |
T-bills tetap menjadi salah satu instrumen keuangan paling aman di Singapura, cocok untuk investor yang menghindari risiko atau pemula. Meski yield turun menjadi 1,4–1,7% pada 2025, instrumen ini tetap menawarkan stabilitas dan diversifikasi portofolio. Investor harus menilai apakah kebutuhan likuiditas, toleransi risiko, dan strategi keuangan mereka sesuai dengan karakter T-bills. Dengan pertimbangan matang, T-bills tetap bisa menjadi tempat aman menempatkan dana jangka pendek meski tidak lagi unggul dari deposito tetap atau CPF OA.