Data Terbaru Tunjukkan Mayoritas Usaha Sampingan Hanya Beri Pendapatan Kecil
Usaha sampingan kini semakin populer sebagai pilihan untuk menambah penghasilan di luar pekerjaan utama. Fenomena ini semakin menonjol sejak masa pandemi, ketika banyak orang memiliki waktu luang lebih banyak dan berusaha mengubah hobi menjadi bisnis kecil. Namun, harapan untuk memperoleh pendapatan besar tidak selalu sejalan dengan kenyataan di lapangan.
Laporan terbaru dari Remitly Business menunjukkan fakta yang cukup mengejutkan. Lebih dari sepertiga pelaku usaha sampingan mengaku hanya menghasilkan kurang dari £100 per bulan. Angka tersebut jauh dari narasi di media sosial yang sering menggambarkan usaha sampingan sebagai jalan cepat menuju kekayaan.
Data survei mencatat sekitar 36 persen responden masuk kategori berpenghasilan di bawah £100 per bulan. Sebaliknya, hanya 3 persen pelaku usaha yang berhasil meraih pendapatan lebih dari £2.000 per bulan. Secara keseluruhan, rata-rata pendapatan pelaku usaha sampingan berada di kisaran £367,88 per bulan. Jumlah itu memang cukup membantu, tetapi belum bisa menggantikan pekerjaan utama.
Selain itu, hasil survei juga menyoroti perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Sebanyak 17 persen laki-laki berhasil meraih pendapatan di atas £500, sedangkan jumlah perempuan dalam kategori tersebut lebih sedikit. Perbedaan ini menegaskan bahwa faktor gender ikut memengaruhi capaian usaha sampingan.
Tantangan Pajak dan Tekanan Persaingan di Dunia Usaha Sampingan
Meskipun usaha sampingan sering terdengar menggiurkan, kenyataannya banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya muncul dari kewajiban pajak. Di Inggris, siapa pun yang menghasilkan lebih dari £1.000 per tahun dari usaha sampingan wajib melaporkan pendapatannya ke HM Revenue & Customs (HMRC).
Ketentuan tersebut sering kali menimbulkan beban tambahan bagi pelaku usaha kecil. Apalagi, kewajiban membayar pajak berlaku jika keuntungan melewati batas pengurangan pajak. Menariknya, pemerintah berencana menaikkan batas penghasilan wajib lapor pajak menjadi £3.000 pada akhir 2029. Perubahan itu bisa meringankan sebagian besar pelaku usaha kecil, meskipun tetap memerlukan pencatatan keuangan yang rapi.
Selain pajak, tekanan lain datang dari persaingan yang semakin ketat. Jumlah orang yang mencoba usaha sampingan terus bertambah setiap tahun, sehingga ruang pasar semakin padat. Sebanyak lima persen responden bahkan mengaku belum mendapatkan hasil sama sekali meski sudah berusaha keras. Situasi tersebut membuktikan bahwa tidak semua usaha bisa langsung berkembang, terutama tanpa strategi pemasaran yang tepat.
Media sosial pun ikut memperkeruh situasi. Menurut Ryan Riley dari Remitly, banyak orang terjebak dengan narasi palsu yang menggambarkan usaha sampingan sebagai jalan cepat menuju kekayaan. Video yang viral sering menunjukkan orang dengan penghasilan fantastis, padahal kenyataannya sebagian besar hanya memperoleh pendapatan kecil.
Usaha Sampingan Bisa Dimulai Tanpa Modal, Tapi Butuh Komitmen Tinggi
Meskipun penuh tantangan, usaha sampingan tetap menarik karena tidak selalu membutuhkan modal besar. Hasil survei membuktikan 49 persen pelaku usaha memulai bisnis mereka tanpa mengeluarkan biaya sama sekali. Banyak orang cukup memanfaatkan keahlian, hobi, atau bahkan platform digital untuk mulai berjualan.
Namun, komitmen waktu dan energi menjadi faktor penting yang tidak bisa diabaikan. Banyak pelaku usaha merasa kewalahan ketika harus membagi waktu antara pekerjaan utama, keluarga, dan usaha sampingan. Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi tersebut bisa menimbulkan stres dan mengganggu keseimbangan hidup.
Meskipun begitu, usaha sampingan tetap bisa memberikan manfaat, meskipun hasilnya kecil. Menurut Riley, penghasilan konsisten meski hanya di bawah £100 per bulan tetap memiliki nilai. Uang tambahan itu bisa membantu menutup pengeluaran tak terduga, menambah tabungan, atau sekadar memberi ruang finansial lebih lega.
Tips Sukses Mengelola Usaha Sampingan Secara Efektif
Agar usaha sampingan berjalan lebih terarah, Remitly Business menyarankan calon pelaku usaha untuk melakukan uji coba terlebih dahulu dengan investasi kecil. Jika hasilnya positif, barulah skala usaha bisa ditingkatkan secara bertahap. Dengan cara ini, risiko kerugian bisa diminimalkan sejak awal.
Selain itu, riset pasar menjadi hal krusial sebelum menanamkan modal. Pelaku usaha perlu memahami kondisi pasar, tingkat persaingan, dan peluang keuntungan. Tanpa persiapan matang, usaha bisa berhenti di tengah jalan karena salah strategi. Riley menegaskan, banyak kekecewaan terjadi karena orang terburu-buru menjalankan usaha tanpa analisis pasar yang jelas.
Pencatatan keuangan juga memegang peran penting. Pelaku usaha disarankan untuk mencatat pendapatan, pengeluaran, serta jumlah waktu yang dihabiskan. Pencatatan rapi tidak hanya mencegah pemborosan, tetapi juga memudahkan pelaporan pajak. Kesalahan dalam administrasi pajak bisa menimbulkan denda, sehingga pencatatan yang akurat menjadi solusi pencegahan terbaik.
Lebih jauh, memisahkan keuangan usaha dari keuangan pribadi juga perlu dilakukan. Membuka rekening khusus bisnis akan memudahkan pengelolaan arus kas. Dengan cara itu, pelaku usaha bisa membayar gaji rutin untuk dirinya sendiri, sekaligus memantau performa bisnis secara lebih objektif.
