hargasaham.id – Phoenix melanjutkan ekspansi agresif setelah sukses dengan dua gerai di Kota Ho Chi Minh. Pada Agustus lalu, perusahaan ini membuka toko pertama di Hanoi sekaligus menunjuk Phillip Wray sebagai CEO baru. Phoenix menargetkan kehadiran nasional dengan membangun cabang di seluruh provinsi.
Pada Juli, Tsuruha dari Jepang ikut meramaikan pasar dengan membuka toko perdananya di Vietnam. Rantai ini menghadirkan lebih dari 10.000 produk dari 500 merek, mulai dari obat resep, obat bebas, makanan fungsional, kosmetik, hingga produk kebersihan pribadi. Yano Daisuke, direktur manajemen Tsuruha Drug Store Vietnam, menegaskan bahwa mereka menjalankan operasi dengan standar Jepang. Ia menambahkan bahwa kehadiran Tsuruha bertujuan membangun kepercayaan masyarakat Vietnam sekaligus memenuhi kebutuhan kesehatan dan kecantikan.
Tsuruha mengoperasikan lebih dari 2.600 cabang di Jepang dan Thailand serta memperluas jangkauan ke beberapa negara Asia Tenggara lain. Langkah besar ini menandai fase baru dalam industri farmasi Vietnam, di mana kompetisi semakin tajam.
Konsumen Mengubah Pola Belanja Kesehatan
Ahli kesehatan Hai Ngo menilai bahwa pasar farmasi Vietnam tengah memasuki periode restrukturisasi besar. Menurutnya, merek tradisional perlu beradaptasi dengan standar yang lebih tinggi jika ingin bertahan. Jika tidak, mereka akan kalah bersaing melawan rantai modern.
Sementara itu, ahli kesehatan Hoa Duong menjelaskan bahwa perilaku konsumen berubah drastis. Pada tahun 2000, belanja obat per kapita masih rendah, tetapi kini rata-rata pengeluaran mencapai hampir $70 per orang per tahun. Kenaikan sepuluh kali lipat ini mencerminkan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan.
Duong juga menekankan bahwa konsumen kini mencari lebih dari sekadar obat untuk menyembuhkan penyakit. Mereka menginginkan suplemen, makanan fungsional, dan produk kesehatan tambahan. Lebih penting lagi, mereka menuntut transparansi. Pembeli memilih apotek yang menyediakan faktur jelas, harga terbuka, produk yang bisa dilacak, serta layanan purna jual terpercaya. Rantai modern dengan sistem terstandar jelas unggul dalam memenuhi kebutuhan ini.
Long Chau Pimpin Ekspansi dengan Agresif
Long Chau muncul sebagai pemain paling agresif. Dimulai dengan delapan toko pada 2017, perusahaan ini kini mengoperasikan sekitar 2.000 cabang. Pada 2024, pendapatannya menembus 25 triliun VND ($1 miliar) atau sekitar 20 persen pangsa pasar nasional.
Strategi ekspansi Long Chau fokus ke wilayah provinsi. Dari 2.000 toko, sekitar 1.420 berada di luar Hanoi dan Kota Ho Chi Minh. Angka ini empat kali lipat lebih besar dibanding jumlah cabang di Ho Chi Minh dan hampir enam kali lipat lebih banyak dari jumlah cabang di Hanoi.
Kinerja keuangan perusahaan induk, FPT Retail, juga mencerminkan keberhasilan ini. Pada 2024, Long Chau membukukan pertumbuhan pendapatan 59 persen dibanding tahun sebelumnya. Pada kuartal pertama 2025, Long Chau sudah menyumbang hampir 70 persen dari total pendapatan FPT Retail dengan nilai 322 juta dolar.
Menurut TechSci Research, pasar farmasi Vietnam bernilai $7,6 miliar pada 2024 dan diprediksi melonjak menjadi $12,12 miliar pada 2030. Data ini menunjukkan ruang besar bagi Long Chau untuk terus memperbesar dominasinya.
Pemain Lain Hadapi Tantangan Besar
Pharmacity justru menahan laju ekspansi. Jumlah tokonya turun dari 1.100 menjadi lebih dari 900. Dari total tersebut, 425 toko berada di luar kota besar. Strategi ini memperlihatkan bahwa Pharmacity tetap berusaha menjaga keseimbangan antara pasar perkotaan dan suburban. Namun, jika dibandingkan dengan Long Chau, pertumbuhannya tertinggal. Ahli Hai Ngo menilai bahwa jarak antara keduanya semakin melebar, dan Long Chau berpotensi mendominasi pasar.
An Khang, jaringan apotek milik Mobile World Group (MWG), juga menghadapi kesulitan. Dengan hanya 326 toko, rantai ini tidak melakukan ekspansi dalam dua tahun terakhir. Bahkan, mereka menarik diri dari pasar Hanoi. Pada akhir 2024, An Khang mencatat kerugian lebih dari 1 triliun VND ($40 juta). Walaupun manajemen MWG berjanji akan menyempurnakan model bisnis, realitasnya menunjukkan bahwa An Khang justru mengurangi jumlah toko untuk membatasi risiko.
Selain tiga pemain utama, Guardian dengan 126 toko dan Medicare dengan 64 toko tetap hadir. Namun, ukuran kecil dan pertumbuhan lambat membuat keduanya sulit menantang pemain besar. Mereka kesulitan bersaing dalam hal investasi teknologi, pemasaran, dan rantai pasok.
Di sisi lain, lebih dari 50.000 apotek kecil milik keluarga menghadapi masalah serius. Mereka kesulitan memenuhi kewajiban pajak, pengendalian asal obat, dan syarat faktur resmi. Ahli Hai Ngo menjelaskan bahwa biaya kepatuhan yang tinggi mempersempit margin keuntungan mereka. Bahkan penjualan daring yang sebelumnya memberi harapan kini tidak lagi fleksibel. Peraturan baru sejak April mengharuskan semua penjual online mendaftar kode pajak dan membayar pajak penuh. Kondisi ini menghapus keunggulan harga yang selama ini dimiliki apotek kecil.
Pasar Bertransformasi Cepat dan Butuh Strategi Baru
Industri farmasi Vietnam tengah mengalami fase transisi penting. Pemain global seperti Tsuruha mendorong peningkatan standar. Konsumen semakin kritis dan menuntut transparansi. Long Chau berhasil memimpin ekspansi dengan strategi agresif, sementara Pharmacity dan An Khang berusaha menjaga eksistensi meski menghadapi tantangan.
Dengan pasar yang diproyeksikan tumbuh hingga $12,12 miliar pada 2030, kompetisi jelas akan semakin sengit. Pemain besar harus terus berinovasi dan memperkuat sistem, sementara apotek kecil perlu mencari strategi baru agar bisa bertahan. Transformasi ini menandai era baru rantai apotek di Vietnam: era di mana efisiensi, transparansi, dan teknologi menjadi kunci utama.