hargasaham.id – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memberikan respons keras terhadap kritik politikus dan filsuf Rocky Gerung. Rocky sebelumnya menyoroti pernyataan Purbaya tentang gerakan 17+8 Tuntutan Rakyat yang bergema dalam aksi demonstrasi akhir Agustus 2025. Menurut Rocky, ucapan Purbaya menunjukkan ketidakpahaman mendasar tentang ekonomi politik Indonesia.
Namun, Purbaya menilai bahwa gerakan tersebut hanya mewakili sebagian kecil masyarakat yang belum puas dengan kondisi ekonomi nasional. Ia menegaskan bahwa mayoritas rakyat Indonesia tetap optimistis, meskipun sejumlah pihak masih merasa kehidupan ekonominya tertekan.
Pernyataan itu langsung memicu kritik tajam Rocky. Melalui kanal YouTube resminya, Rocky menyebut ucapan Purbaya sebagai ujian pertama kabinet Presiden Prabowo Subianto. Ia menilai bahwa reshuffle kabinet belum sepenuhnya menjawab harapan publik terkait stabilitas ekonomi maupun politik.
Rocky bahkan menyebut masyarakat menunggu apakah Purbaya mampu menghadirkan kebijakan yang konsisten dengan visi sosialis Presiden Prabowo. Ia menegaskan bahwa publik menuntut keadilan melalui redistribusi, pajak progresif, serta pengelolaan aset negara.
Rocky Gerung Soroti Stabilitas Ekonomi dan Politik
Rocky mengingatkan bahwa publik menaruh harapan besar pada arah baru pemerintahan Prabowo. Menurutnya, rakyat menginginkan kepastian berbasis keterbukaan serta kebijakan yang benar-benar memihak masyarakat kecil. Ia juga membandingkan posisi Purbaya dengan mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang dinilai lebih konsisten menghadapi dinamika pasar.
Rocky menegaskan bahwa komentar Purbaya berimplikasi pada kepercayaan pasar. Ia menyebut pelemahan IHSG dan rupiah sebagai refleksi atas keraguan pelaku ekonomi terhadap stabilitas kebijakan baru.
Ia juga mengaitkan hal tersebut dengan pernyataan Presiden Prabowo yang berjanji memperbaiki kabinet untuk memperkuat perekonomian nasional. Rocky menilai kebijakan redistribusi seharusnya menjadi prioritas agar pendapatan negara tidak hanya bergantung pada pajak yang sering menimbulkan rasa ketidakadilan.
Dengan nada tajam, Rocky mengingatkan bahwa Menteri Keuangan seharusnya langsung menunjukkan pemahaman mendalam tentang tantangan redistribusi, bukan justru meremehkan aspirasi rakyat.
Purbaya Gunakan Data Ekonomi untuk Menyerang Balik
Purbaya kemudian membalas kritik Rocky dalam acara Great Lecture, Transformasi Ekonomi Nasional: Pertumbuhan Inklusif Menuju 8 Persen pada 14 September 2025. Dengan gaya penuh keyakinan, ia menegaskan pentingnya mengejar target pertumbuhan ekonomi 8 persen sesuai arahan Presiden Prabowo.
Ia menjelaskan bahwa sebelum krisis 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia konsisten berada di atas 6,5 persen. Namun, setelah krisis, angka tersebut stagnan di bawah 5 persen. Purbaya menilai Indonesia harus meniru Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok yang mampu menjaga pertumbuhan dua digit lebih dari satu dekade.
Menurutnya, Indonesia memiliki modal besar berupa permintaan domestik yang mencapai hampir 90 persen kekuatan ekonomi. Ia menekankan bahwa pengelolaan yang baik atas konsumsi masyarakat dan investasi akan mendorong pertumbuhan lebih kuat.
Dalam penjelasannya, Purbaya menyinggung masa pemerintahan SBY dan Jokowi. Ia menyebut Jokowi berhasil menaikkan pertumbuhan berkat intervensi dari Istana. Ia bahkan meledek Rocky yang kerap mengkritik Jokowi tanpa alasan jelas.
“Pak Rocky sering mengejek Jokowi, padahal data menunjukkan ada keberhasilan yang nyata,” kata Purbaya sambil menampilkan grafik pertumbuhan ekonomi. Ia menambahkan bahwa kelesuan ekonomi pada 2024–2025 bukan akibat politik, melainkan karena struktur ekonomi yang stagnan.
Purbaya lalu menutup dengan sindiran pedas. “Pak Rocky, sedikit belajar ekonomi lagi. Saya senang bisa mengkritik balik, karena pidato Anda menarik secara filsafat, tetapi lemah dalam ekonomi,” ujarnya sambil tertawa.
Profil dan Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa
Purbaya Yudhi Sadewa lahir pada 1960 dan memiliki latar belakang akademik serta profesional yang panjang. Ia menempuh pendidikan sarjana Teknik Elektro di ITB, lalu meraih gelar Master dan Doktor Ekonomi dari Purdue University, Amerika Serikat.
Kariernya meliputi posisi strategis di pemerintahan, mulai dari Wakil Menteri Koordinator Marves, Staf Khusus di Kemenko Polhukam, hingga Wakil III Kantor Staf Presiden. Ia juga pernah memimpin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sejak 2020 sebelum akhirnya ditunjuk sebagai Menteri Keuangan.
Sebelum masuk birokrasi, Purbaya berkarier di sektor swasta, termasuk Schlumberger Overseas SA (1989–1994) dan Danareksa, hingga menjabat Direktur Utama Danareksa Securities.
Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) 2024, Purbaya memiliki kekayaan Rp39,21 miliar, naik 19,36 persen dari tahun sebelumnya. Kekayaannya terdiri dari properti senilai Rp30,5 miliar, kendaraan mewah senilai Rp3,53 miliar, surat berharga Rp220 juta, serta kas Rp4,20 miliar. Ia tercatat tidak memiliki utang.