hargasaham.id -Sekolah berfungsi sebagai rumah kedua bagi siswa, tempat mereka mengembangkan ilmu dan karakter. Namun, kondisi infrastruktur sekolah di Indonesia masih memprihatinkan. Banyak bangunan rapuh yang mengganggu kenyamanan belajar. Karena itu, lembaga pendidikan bersama pemerintah dan swasta harus bergerak cepat melakukan revitalisasi.
Data Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) tahun ajaran 2024/2025 mencatat, terdapat 1,18 juta ruang kelas sekolah dasar (SD). Ironisnya, 60,3 persen dari jumlah tersebut mengalami kerusakan. Rinciannya: 27,22 persen rusak ringan, 22,27 persen rusak sedang, dan 10,81 persen rusak berat. Artinya, hanya 39,7 persen ruang kelas yang masih layak digunakan. Fakta ini belum termasuk data SMP, SMA, dan SMK yang kondisinya juga memerlukan perhatian serius.
Pemerintah menanggapi situasi ini dengan mengalokasikan Rp17,1 triliun pada 2025 untuk memperbaiki 10.440 satuan pendidikan di seluruh Indonesia. Investasi tersebut tidak sekadar memperbaiki dinding atau atap sekolah, tetapi juga membangun lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan bermartabat. Dengan begitu, siswa dapat belajar tanpa rasa cemas, dan guru mampu meningkatkan kualitas pengajaran.
Selain menciptakan suasana belajar kondusif, revitalisasi sekolah berperan penting menekan angka putus sekolah. Banyak penelitian menunjukkan, faktor non-ekonomi seperti kondisi bangunan yang buruk mendorong siswa meninggalkan sekolah. Ketika ruang kelas roboh atau fasilitas dasar tidak tersedia, rasa aman mereka pun hilang. Akibatnya, semangat belajar melemah dan risiko putus sekolah meningkat.
Otonomi Revitalisasi Sekolah Menggerakkan Partisipasi Masyarakat
Kebijakan baru pemerintah menempatkan dana revitalisasi langsung di bawah kendali Kemendikdasmen dengan sistem swakelola. Uang dikirim langsung ke rekening sekolah, sehingga pihak sekolah bersama komite dapat menyusun rencana pembangunan yang sesuai kebutuhan lokal.
Guru dan orang tua duduk bersama untuk merancang prioritas, mulai dari perbaikan ruang kelas, perpustakaan, toilet, hingga laboratorium. Dengan demikian, proses revitalisasi berjalan transparan dan sesuai aspirasi masyarakat. Sistem swakelola juga membuka peluang partisipasi warga sekitar. Tukang bangunan lokal, mahasiswa jurusan teknik sipil, hingga pemuda yang menganggur dapat terlibat langsung dalam pembangunan.
Transisi dari konsep pembangunan terpusat menuju swakelola memberi efek ganda. Pertama, warga sekitar memperoleh lapangan kerja baru. Kedua, toko material lokal menikmati peningkatan permintaan semen, pasir, besi, dan baja ringan. Ketiga, pedagang kecil di sekitar sekolah merasakan peningkatan omzet karena para pekerja membutuhkan konsumsi harian.
Selain itu, sistem swakelola menumbuhkan rasa memiliki. Ketika masyarakat ikut membangun sekolah, mereka merasa hasil kerja tersebut bagian dari kontribusi mereka. Motivasi untuk menyekolahkan anak semakin besar karena kepercayaan terhadap kualitas fasilitas meningkat.
Revitalisasi Sekolah Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Program revitalisasi sekolah yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto sejak 2024 terbukti memberikan dampak ekonomi. Menurut laporan CNBC Indonesia pada 19 Agustus 2024, program ini menambah pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 0,09 persen poin. Selain itu, pembangunan menyerap tenaga kerja hingga 178 ribu orang.
Sektor konstruksi lokal juga mendapatkan manfaat. Karena desain bangunan sekolah relatif sederhana, kontraktor daerah mampu mengerjakan proyek tanpa hambatan. Akibatnya, perputaran ekonomi tidak hanya terpusat di kota besar, melainkan juga mengalir hingga pelosok desa.
Efek ganda pun muncul di berbagai sektor. Industri material bangunan tumbuh, pedagang kecil memperoleh tambahan konsumen, dan dunia usaha ikut terlibat melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Banyak perusahaan menyalurkan dana CSR untuk mendukung pengadaan laboratorium, peralatan olahraga, hingga alat peraga. Dengan demikian, revitalisasi sekolah menciptakan sinergi antara negara, dunia usaha, dan masyarakat.
Kolaborasi Semua Pihak Menjadi Kunci Keberhasilan
Revitalisasi sekolah bukan sekadar proyek pembangunan fisik. Lebih dari itu, program ini merevitalisasi masa depan pendidikan Indonesia. Pemerintah menyediakan stimulus dana, tetapi masyarakat, komite sekolah, dan pemerintah daerah harus memastikan program berjalan efektif.
Pemda dapat berperan dengan memberi bimbingan, menambah fasilitas yang kurang, serta melakukan pemantauan berkelanjutan. Selain itu, APBD dapat digunakan untuk mempercepat perbaikan infrastruktur pendidikan yang belum terjangkau dana pusat. Ketika pemerintah pusat, daerah, sekolah, masyarakat, dan dunia usaha bergerak bersama, program revitalisasi akan berjalan optimal.
Pada akhirnya, revitalisasi sekolah menghadirkan dua dampak besar sekaligus: memperbaiki mutu pendidikan dan menggerakkan roda ekonomi nasional. Siswa mendapatkan lingkungan belajar yang aman, guru memperoleh sarana mengajar yang memadai, dan masyarakat merasakan manfaat ekonomi langsung.
Revitalisasi sekolah bukan hanya investasi pada bangunan, melainkan investasi pada generasi penerus bangsa. Dengan pendidikan yang lebih baik, Indonesia bergerak menuju masa depan yang cerdas, produktif, dan berdaya saing global.