hargasaham.id – , PADANG – Sejak pagi, Pelabuhan Bungus di Kota Padang berdenyut dengan kesibukan. Truk logistik antre masuk kapal, penumpang berbaris rapi dengan barang bawaan, sementara KM Gambolo dan KM Ambu Ambu milik PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) bersiap menyeberang menuju Kepulauan Mentawai.
Perjalanan sepanjang 170 kilometer dari Padang menuju Tuapejat, Sikakap, dan Sikabaluan bukan sekadar rute laut. Jalur itu mengangkut manusia, barang, serta harapan. Meski waktu tempuh mencapai 12 jam, kapal feri ASDP tetap menjadi urat nadi distribusi ekonomi sekaligus jembatan bagi wisatawan yang ingin menikmati “surga dunia” Mentawai.
Budi Akmal, warga Pesisir Selatan, menuturkan kisahnya sebagai penumpang setia. Ia sudah lima tahun menjalankan usaha perdagangan pisang Mentawai. Hampir setiap minggu, ia mengangkut lima ton pisang untuk dijual di Padang. Ia juga kerap membawa jengkol hasil bumi Pagai Utara–Selatan. Menurutnya, kapal cepat tidak mampu mengangkut muatan besar. “Tanpa ASDP, usahaku tidak mungkin berjalan,” ujarnya tegas.
Cerita serupa datang dari Arifin, mekanik kapal nelayan asal Siberut. Setiap dua minggu sekali, ia pulang ke Padang membawa peralatan bengkel yang berat. Barang-barang itu tidak bisa ia bawa dengan kapal cepat. “ASDP bukan hanya membantuku bertemu keluarga, tetapi juga menjaga usahaku di Mentawai tetap hidup,” ungkapnya.
Fasilitas Kapal Mendorong Kenyamanan Perjalanan
Meskipun perjalanan panjang, banyak penumpang merasakan kenyamanan di kapal ASDP. Ruang duduk, area terbuka, hingga kamar tidur menghadirkan pengalaman yang tidak melelahkan. Pemandangan matahari terbenam, fajar yang muncul di ufuk timur, bahkan sesekali lumba-lumba yang melintas menambah kenangan indah bagi penumpang.
Wisatawan menjadikan pengalaman itu bagian dari perjalanan mereka menuju Mentawai. Sementara masyarakat lokal menganggap kenyamanan fasilitas membuat perjalanan rutin terasa lebih ringan.
Berdasarkan catatan ASDP Cabang Padang, KM Gambolo mampu membawa 280 ton, sementara KM Ambu Ambu mengangkut 340 ton. Kapasitas besar inilah yang membedakan ASDP dengan moda transportasi laut lain seperti kapal cepat Mentawai Fast. Truk pembawa sembako, bahan bangunan, serta hasil bumi seperti sagu, pisang, dan jengkol bergantung penuh pada kapal feri ini.
Namun, cuaca buruk kadang menghadang. Saat badai datang, pihak ASDP memilih menunda keberangkatan demi keselamatan. Masyarakat memahami keputusan itu karena mereka menyadari pentingnya kapal feri sebagai andalan utama.
Wisata dan UMKM Tumbuh Bersama Transportasi Laut
Selain menopang logistik, jalur Padang–Mentawai membuka pintu wisata. Mentawai telah lama terkenal sebagai destinasi selancar kelas dunia. Kapal feri memberi alternatif transportasi yang lebih murah dibanding pesawat, bahkan memungkinkan wisatawan membawa kendaraan pribadi untuk menjelajahi pulau lebih leluasa.
Kehadiran wisatawan memberi energi bagi UMKM lokal. Pedagang kecil menjajakan makanan di pelabuhan, penginapan bermunculan di Tuapejat dan Siberut, sementara kerajinan tangan Mentawai mendapat panggung lebih luas. Dengan demikian, ASDP tidak sekadar menggerakkan arus barang, tetapi juga menyuburkan ekonomi kreatif.
Namun, tantangan tetap hadir. Armada kapal perlu modernisasi agar lebih aman dan nyaman. Sistem digital, terutama pembelian tiket daring, harus diperluas untuk mengurangi antrean di pelabuhan. Selain itu, perhatian pada keberlanjutan lingkungan wajib ditingkatkan, mengingat aktivitas kapal berpotensi memengaruhi ekosistem laut.
Harapan Masyarakat Menguatkan Peran ASDP
Bagi masyarakat Mentawai, harapan mereka sederhana: pelayanan kapal terus meningkat. Budi berharap ASDP tetap menjaga kualitas layanan agar pedagang kecil seperti dirinya tetap bisa berusaha. Arifin menegaskan, “Kalau ASDP maju, masyarakat ikut bahagia. Senyum itu akan terus hadir di atas kapal sampai tiba di pelabuhan.”
Perjalanan laut dari Padang ke Mentawai menyimpan banyak cerita: petani pisang yang mengantar hasil bumi, mekanik kapal yang menjemput rindu sekaligus mencari peralatan, hingga wisatawan yang terpukau oleh indahnya matahari terbenam dari geladak. Semua kisah itu berpadu di lambung kapal feri ASDP.
Kapal ini tidak hanya berfungsi sebagai transportasi, melainkan menjadi penghubung kehidupan, penggerak ekonomi, dan simbol keterhubungan antarpulau di negeri kepulauan. Mentawai tidak lagi terasa jauh karena jembatan laut bernama ASDP mengalirkan asa, rezeki, dan cerita bagi siapa saja yang melintas.