IHSG Diprediksi Lesu Akhir Pekan, Pantau Saham JPFA, ELSA, hingga SMDR
hargasaham.id – IHSG diproyeksikan bergerak sideways cenderung melemah akhir pekan ini, Jumat (22 Agustus 2025). Tekanan terutama berasal dari aksi profit-taking dan defisit transaksi berjalan. Meskipun begitu, aliran modal asing tetap cukup kuat. Hal ini terlihat dari net buy investor asing yang mencapai Rp 681,55 miliar. Oleh karena itu, pelemahan IHSG masih tertahan, meskipun indeks sempat bergerak fluktuatif. Sementara itu, kinerja indeks tetap positif dengan penguatan year-to-date sebesar 11,45%.
Tekanan Makro dan Proyeksi Teknis IHSG
Dari sisi makro, Indonesia mencatat defisit neraca transaksi berjalan terbesar sejak kuartal II–2024. Angkanya mencapai US$ 3 miliar atau 0,8% dari PDB. Meski lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya, posisi ini masih sesuai target BI di kisaran 0,5–1,3% PDB. Selain itu, data uang beredar (M2) pada Juli meningkat menjadi 6,7% YoY dari 6,5% di Juni. Peningkatan ini menunjukkan likuiditas pasar yang membaik dan dukungan kebijakan moneter. Oleh sebab itu, analis menilai IHSG berpotensi bergerak terbatas di rentang 7.800–7.930. Sementara itu, titik pivot berada di 7.900, dengan resistance 7.930 dan support 7.800.
Saham Rekomendasi Hari Ini: JPFA, ELSA, MIDI, CNMA, dan SMDR
Di tengah tren melemah IHSG, sejumlah saham tetap menarik untuk dipantau. JPFA (Japfa Comfeed Indonesia) berpeluang menguat karena bisnis terintegrasi dari pakan, unggas, hingga produk konsumen. Selain itu, ELSA (Elnusa) memberi peluang di sektor energi sebagai pendukung eksplorasi migas. Sementara itu, saham ritel MIDI dan logistik CNMA ikut mendapat sorotan. Keduanya berpotensi tumbuh seiring konsumsi masyarakat yang semakin membaik. Di sisi lain, SMDR (Samudera Indonesia) memiliki prospek positif dari aktivitas ekspor-impor yang kembali meningkat. Karena itu, kelima saham tersebut layak dijadikan pilihan jangka pendek maupun menengah.
Strategi Investor dan Implikasi Pasar
Dalam kondisi pasar yang cenderung melemah, investor perlu berhati-hati. Oleh karena itu, strategi selektif seperti membeli saat harga turun menjadi penting. Selain itu, disiplin menetapkan stop-loss dapat meminimalkan risiko kerugian lebih dalam. Meskipun IHSG berpotensi tertekan, portofolio tetap bisa tumbuh dengan diversifikasi yang tepat. Sementara itu, saham berfundamental kuat seperti JPFA, ELSA, MIDI, CNMA, dan SMDR dapat menjadi penopang. Dengan demikian, investor tetap memiliki peluang meraih keuntungan meski indeks bergerak terbatas.