Indeks Berfluktuasi Tajam, Ditutup Menguat
Harga Saham – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan sesi pertama pada Selasa (29/7/2025) dengan kenaikan ringan sebesar 0,12% ke posisi 7.624,26. Selama sesi pagi hingga siang, pergerakan indeks cukup fluktuatif, bergerak di kisaran 7.565,79 hingga 7.641,71.
Transaksi di pasar saham tercatat mencapai Rp 6,9 triliun dengan volume perdagangan 15,72 miliar saham dari hampir satu juta transaksi. Jumlah saham yang menguat mencapai 284, sementara 342 melemah dan 330 stagnan.
SMMA dan BRPT Angkat IHSG Usai Koreksi Tajam
Perdagangan pagi sempat diwarnai koreksi IHSG sebesar 0,65% karena tekanan dari saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA), yang sempat ambles hingga 16,53%. Namun menjelang tengah hari, SMMA berbalik arah dengan menguat 7,44% ke level Rp 23.100, menyumbang 12,76 poin terhadap penguatan indeks.
Selain SMMA, saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) turut menjadi penopang indeks setelah naik 5,67% ke harga Rp 2.610. Saham BRPT menyumbangkan 8,69 poin bagi IHSG. Tak hanya itu, saham anyar milik grup yang sama, PT Chandra Daya Investama Tbk (CDIA), yang baru melantai di bursa pada 9 Juli lalu, turut menopang pergerakan pasar setelah menguat 6,56% dan memberi kontribusi 3,65 poin.
Pelaku Pasar Nantikan Data Ketenagakerjaan AS
Menjelang malam, perhatian investor global beralih pada rilis data JOLTs (Job Openings and Labor Turnover Survey) dari Amerika Serikat. Data sebelumnya menunjukkan lonjakan besar pada jumlah lowongan kerja yang menembus angka 7,769 juta – tertinggi sejak November 2024 – terutama di sektor jasa makanan, keuangan, dan asuransi. Sektor pemerintahan justru menunjukkan penurunan.
Jika data JOLTs kembali menunjukkan penguatan, pasar akan menilai pasar tenaga kerja AS masih ketat. Hal ini bisa memicu pernyataan hawkish dari Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam pertemuan FOMC yang dijadwalkan pada 30 Juli. Sebaliknya, pelemahan data tenaga kerja bisa menguatkan harapan pemangkasan suku bunga pada pertemuan September mendatang.
Optimisme Domestik di Tengah Ketidakpastian Global
Meski tekanan eksternal masih tinggi, pemerintah Indonesia tetap menyuarakan optimisme terhadap target pertumbuhan ekonomi 5% untuk tahun ini. Namun demikian, beberapa sektor seperti manufaktur dinilai belum pulih sepenuhnya, sehingga kewaspadaan tetap diperlukan. Pelaku pasar juga mencermati sinyal lanjutan dari kebijakan fiskal dan moneter yang dapat mempengaruhi arah IHSG dalam waktu dekat.