hargasaham.id – Nicolette Booth selalu berharap apartemennya di Earlsfield, selatan London, memberikan keuntungan jangka panjang. Selama bertahun-tahun, properti di ibu kota Inggris menjadi investasi yang stabil, dengan nilai yang lebih dari dua kali lipat dalam dua dekade terakhir. Selain itu, Booth memperoleh penghasilan tambahan dari menyewakan apartemennya.
Namun kini, seperti ribuan pemilik properti lainnya, investasi yang dulunya menjanjikan ini berubah menjadi beban yang semakin berat. Aturan baru yang akan berlaku dalam beberapa tahun mendatang menambah biaya dan kerumitan administratif bagi para pemilik properti. Kabar tentang perubahan Anggaran Musim Gugur menimbulkan kekhawatiran bahwa tantangan ini akan semakin meningkat.
Regulasi Hak Penyewa Menambah Beban Pemilik Properti
Bagi Nicolette Booth, Rancangan Undang-Undang Hak Penyewa yang akan berlaku pada awal 2026 menjadi titik krusial. Undang-undang ini melarang pengosongan penyewa tanpa alasan sah, termasuk ketika pemilik ingin menjual atau menempati properti sendiri. Pemilik properti hanya bisa mengeluarkan penyewa setelah 12 bulan masa sewa, dan di luar periode tersebut, mereka wajib memberikan pemberitahuan empat bulan.
Selain itu, undang-undang ini membatasi kenaikan sewa hanya sekali dalam setahun, dengan pemberitahuan minimal dua bulan. Kontrak jangka tetap dihapuskan, sehingga hubungan sewa akan menjadi berkala dan penyewa bisa keluar kapan saja dengan pemberitahuan dua bulan.
Booth khawatir pergantian penyewa yang lebih sering akan menambah kerumitan. “Kekacauan dari penyewa baru yang pindah masuk dan keluar memakan banyak waktu dan usaha,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa setiap kali penyewa baru pindah, mereka harus menyesuaikan perabotan, membersihkan, dan menyiapkan apartemen, yang bisa memakan dua hari kerja.
Pajak dan Biaya Baru Memangkas Keuntungan
Selama satu dekade terakhir, pemerintah Inggris memberlakukan aturan ketat dan membingungkan yang menambah biaya bagi pemilik properti. Pada Oktober lalu, pemerintah menambah pajak capbiaya 2 persen di atas 3 persen yang sudah ada. Artinya, investor properti yang membeli rumah senilai £300.000 akan membayar £20.000 pajak, sedangkan untuk rumah senilai £600.000, pajaknya mencapai £50.000.
Selain itu, pejabat Kementerian Keuangan sedang meninjau kemungkinan mengenakan pajak Asuransi Nasional pada pendapatan sewa. Jika diterapkan, pemilik properti dengan laba sewa £20.000 per tahun bisa membayar pajak tambahan hingga £1.600, selain pajak penghasilan biasa.
Investor Beralih ke Alternatif yang Lebih Sederhana
Booth dan suaminya memutuskan untuk menjual apartemen itu jika memungkinkan, dan jika tidak, mereka tetap menyewakannya sambil menunggu peluang penjualan di masa depan. Mereka mempertimbangkan untuk mengalihkan dana ke saham, obligasi, atau melunasi hipotek rumah mereka saat ini, karena investasi properti semakin memakan waktu dan administrasi.
Jeremy Leaf, agen properti di London, menilai Undang-Undang Hak Penyewa terlalu mendukung penyewa dan berpotensi mendorong banyak pemilik properti menjual propertinya. Hal ini akan menciptakan persaingan lebih besar untuk properti yang tersisa dan menekan harga sewa.
Tantangan Tambahan: Peningkatan Standar Energi dan Hipotek
Investor properti juga menghadapi kewajiban meningkatkan peringkat Sertifikat Kinerja Energi (EPC) properti mereka menjadi C atau lebih tinggi pada 2030. Saat ini, sekitar 60 persen rumah sewa memiliki peringkat D atau lebih rendah, yang berarti investasi tambahan harus dilakukan untuk memenuhi standar ekologis.
Selain itu, suku bunga hipotek melonjak dari 3 persen pada awal 2022 menjadi 5,25 persen. Pemilik properti yang memiliki hipotek £200.000 harus membayar £875 per bulan dibandingkan £500 tiga tahun lalu. Biaya perawatan, pengisian, dan dekorasi properti juga meningkat karena kekurangan tenaga ahli dan kenaikan harga bahan baku.
Lewis Crompton, pemilik properti di Lincolnshire, menurunkan jumlah propertinya dari 12 menjadi delapan karena biaya tak terduga dan administrasi yang terus bertambah. “Saya ingin beralih dari investasi properti untuk disewa karena sulit mendapatkan keuntungan yang sepadan,” ujarnya.
Masa Depan Investasi Properti Menjadi Tidak Pasti
Regulasi yang lebih ketat, pajak meningkat, dan biaya perawatan yang tinggi memaksa banyak pemilik properti keluar dari pasar sewa. Mereka yang bertahan menghadapi risiko berkurangnya pendapatan, pengelolaan yang rumit, dan tekanan administratif. Investor properti mulai mencari alternatif yang lebih menguntungkan seperti saham, obligasi, atau properti komersial dengan kontrak sewa jangka panjang.
Pasar properti sewa Inggris kini menghadapi perubahan besar yang mungkin mengakhiri era keuntungan stabil bagi para pemilik properti. Mereka yang masih bertahan harus siap menghadapi birokrasi yang kompleks, biaya tinggi, dan regulasi yang semakin menantang.