hargasaham.id – Kongo dan Rwanda menyusun kesepakatan eksklusif yang melibatkan Amerika Serikat serta mitra internasional lain dalam pembaruan sektor mineral. Draf kerangka ekonomi sepanjang 17 halaman yang diperoleh hargasaham.id menunjukkan bahwa kedua negara akan mendorong reformasi rantai pasok, menegakkan transparansi, dan menciptakan zona ekonomi lintas batas. Kesepakatan ini muncul setelah pertemuan di Washington pada Juni lalu yang menghasilkan perjanjian perdamaian dengan dukungan penuh dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Sumber diplomatik menyebut bahwa kerangka kerja tersebut kini berada dalam tahap diskusi dengan pemangku kepentingan, termasuk perbankan multilateral, sektor swasta, dan lembaga donor internasional. Kongo serta Rwanda berencana menyelesaikan dokumen final pada awal Oktober, lalu menandatangani perjanjian tersebut dalam forum kepala negara pada waktu yang akan ditentukan kemudian.
Kesepakatan baru ini membuka peluang bagi miliaran dolar investasi Barat untuk masuk ke wilayah yang kaya akan emas, kobalt, tembaga, tantalum, dan litium. Selain itu, kerangka tersebut menandai langkah besar menuju stabilitas regional, meskipun hambatan keamanan masih membayangi implementasinya.
Reformasi Transparansi dan Inisiatif Investasi
Draf kerangka menegaskan bahwa Kongo dan Rwanda akan berkolaborasi dengan Amerika Serikat serta mitra global lainnya untuk memperkuat regulasi. Mereka merancang inisiatif baru yang bertujuan mengurangi risiko biaya investasi swasta, mengurangi perdagangan mineral ilegal, dan meningkatkan transparansi lintas sektor.
Sebagai bagian dari reformasi, kedua negara sepakat melaksanakan inspeksi pihak ketiga di lokasi pertambangan. Mereka juga merancang mekanisme transparansi eksternal dengan mengacu pada panduan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
Lebih lanjut, Kongo dan Rwanda berencana mengembangkan kawasan ekonomi lintas batas yang berfokus pada industri mineral. Dengan strategi ini, mereka ingin mempercepat modernisasi sektor pertambangan sekaligus menciptakan peluang kerja baru bagi masyarakat lokal.
Tidak hanya itu, kedua negara juga akan meluncurkan puncak tahunan tingkat tinggi yang membahas integrasi ekonomi regional. Pertemuan komite penyusun dan kelompok kerja teknis akan menyertai agenda tersebut sebagai bentuk tindak lanjut konkret.
Tantangan Keamanan yang Membayangi
Meskipun kerangka kerja membuka pintu investasi, hambatan besar tetap muncul di bidang keamanan. Seorang diplomat Barat mengingatkan bahwa proses perdamaian lain masih mengalami kebuntuan. Rwanda hingga kini belum menarik pasukannya dari timur Kongo, sementara operasi militer melawan kelompok FDLR belum berjalan.
Proses Doha yang dimaksudkan untuk mempertemukan pemerintah Kongo dengan pemberontak M23 juga menghadapi kesulitan. Pemberontak tersebut sempat merebut dua kota strategis dan area tambang bernilai tinggi pada awal tahun. Kondisi ini menimbulkan keraguan apakah kerja sama ekonomi dapat berjalan lancar tanpa perbaikan nyata dalam keamanan.
Seorang pejabat Kongo bahkan menegaskan kepada hargasaham.id bahwa pemerintah tidak mungkin melanjutkan kerja sama ekonomi selama pasukan Rwanda masih menduduki sebagian wilayah. Ia menambahkan bahwa eksploitasi mineral secara ilegal menjadi penyebab utama konflik yang terus berlanjut antara militer Kongo dan kelompok bersenjata.
Komitmen untuk Kedaulatan dan Pengembangan Kapasitas
Dalam kerangka kerja terbaru, Kongo dan Rwanda sama-sama menegaskan kedaulatan penuh atas pengelolaan, pemrosesan, dan ekspor sumber daya alam mereka. Mereka mengakui pentingnya membangun kapasitas transformasi mineral di dalam negeri, sehingga tidak hanya menjadi pemasok bahan mentah, tetapi juga pemain utama dalam industri hilir global.
Lebih jauh, kedua negara berkomitmen memastikan bahwa perdagangan mineral tidak lagi membiayai kelompok bersenjata. Mereka menargetkan terciptanya sektor pertambangan industri kelas dunia dengan interoperabilitas lintas batas yang lebih baik. Dengan pendekatan ini, Kongo dan Rwanda berusaha memperbaiki citra kawasan sebagai tujuan investasi yang stabil dan berkelanjutan.
Meskipun perjalanan menuju implementasi penuh masih panjang, langkah ini tetap menandai kemajuan signifikan. Jika Kongo dan Rwanda mampu menyatukan kepentingan politik, memperbaiki kondisi keamanan, serta menjalankan mekanisme transparansi, maka sektor mineral regional dapat berubah menjadi motor utama pembangunan ekonomi.