Net Buy Investor Asing Menyusut ke Rp 2,73 Triliun, IHSG Ditutup Melemah ke Zona Merah
hargasaham.id – Investor asing membukukan net buy sebesar Rp 2,73 triliun (sekitar US$168 juta) di sepanjang pekan 19–22 Agustus 2025. Jumlah itu turun drastis dibandingkan minggu sebelumnya yang mencapai Rp 6,67 triliun (US$411 juta). Sementara itu, IHSG melemah sebanyak 0,50% dan ditutup di level 7.858,85, atau turun dari posisi 7.898,37 pekan sebelumnya.
Perlambatan Net Buy dan Aktivitas Pasar
Meski mengalami perlambatan, arus modal asing tetap menjadi penopang utama bursa dengan total transaksi beli asing mencapai Rp 27,13 triliun dan aksi jual senilai Rp 24,39 triliun. Selain itu, volume pembelian dan penjualan asing mencapai masing-masing 28,4 miliar dan 26,5 miliar lembar saham selama sepekan. Dengan demikian, meski nilainya lebih kecil, kehadiran investor asing masih memberikan stabilitas likuiditas.
Performa IHSG dan Kapitalisasi Pasar
Di sisi lain, IHSG mengalami pelemahan 0,50% dalam seminggu terakhir. Sebagai efeknya, nilai kapitalisasi pasar BEI turut terdampak turun 0,81%, menjadi Rp 14.131 triliun dari pekan sebelumnya. Di sisi lain, rata-rata nilai transaksi harian mengecil menjadi Rp 17,92 triliun, turun 15,95% dari level Rp 21,32 triliun. Namun demikian, volume transaksi harian justru tumbuh 10% menjadi 39,47 miliar lembar saham, dan frekuensi transaksi naik 1,98% menjadi 2,12 juta kali. Artinya, meski ada pengurangan total nilai perdagangan, pasar masih aktif dan ramai di sisi transaksi.
Fokus Saham Big Cap dan Tren Investor Asing
Investor asing tetap menyasar saham-saham blue chip sebagai penopang pasar. Saham seperti ASII, BBRI, AMMN, dan BMRI tercatat mendapat aksi beli signifikan. Meski begitu, tren net buy bahkan pada hari terakhir—Jumat (22/8)—hanya sebesar Rp 424,57 miliar saja. Dengan demikian, akumulasi asing menunjukkan tanda perlambatan, meskipun secara tahunan masih membukukan net sell sebesar Rp 52,441 triliun.
Implikasi bagi Investor dan Pasar Ke Depan
Karena itu, investor disarankan tetap memperhatikan dinamika sentimen asing yang mulai melambat. Selain itu, strategi defensif seperti menggunakan stop-loss dan fokus pada saham dengan fundamental kokoh menjadi penting untuk mengantisipasi volatilitas. Oleh karena itu, meski aktivitas asing masih berlangsung, fokus pada manajemen risiko dan pemilihan saham yang tahan banting menjadi semakin krusial. Singkatnya, pasar masih menawarkan potensi, namun kehati-hatian tetap wajib diterapkan.