hargasaham.id – Helikopter hitam berputar di langit Wiltshire, mengitari sebuah istana berusia ratusan tahun yang kini berubah menjadi pusat perhatian. Puluhan pekerja konstruksi keluar masuk area berpagar tinggi, membawa pasokan dan membangun proyek besar di Conholt Park. Suasana tersebut tidak menyerupai pedesaan Inggris yang tenang, melainkan lebih seperti adegan film aksi. Namun, ini bukan fiksi; kenyataan tersebut muncul karena kehadiran miliarder Amerika, Steve Schwarzman.
Pria berusia 78 tahun itu, yang juga CEO raksasa manajemen aset Blackstone, membeli Conholt Park seharga £82 juta pada 2022. Sejak saat itu, ia meluncurkan renovasi bernilai jutaan pound yang mengubah lanskap lokal. Kehadiran Schwarzman membangkitkan rasa kagum sekaligus keresahan di kalangan warga desa kecil di Wiltshire.
Kontroversi Air dan Proyek Ambisius
Minggu ini, publik menyoroti langkah Schwarzman setelah Southern Water melarang penggunaan truk tangki untuk mengisi danau buatan barunya. Danau berkapasitas sembilan juta galon itu menimbulkan polemik karena warga sekitar juga menghadapi larangan penggunaan selang akibat kekeringan. Banyak penduduk merasa frustrasi karena mereka harus menghemat air, sementara Schwarzman tetap mendatangkan pasokan besar untuk proyek pribadinya.
Sejumlah warga menyampaikan kekhawatiran kepada media. Mereka melihat truk tangki mengambil air dari pipa stand di wilayah tetangga Hampshire lalu mengangkutnya ke perkebunan sepanjang hari. Beberapa bahkan mencatat adanya lonjakan signifikan penggunaan air dalam seminggu terakhir. Seorang warga desa menilai, “Kami tahu dia membeli air, truk tangki masuk setiap hari, ratusan liter terus mengalir.”
Di sisi lain, juru bicara Schwarzman menegaskan bahwa semua suplai air berasal dari penyedia resmi dengan izin legal. Mereka menyatakan tim konstruksi menggunakan sistem pengumpulan hujan yang canggih, meski warga meragukan klaim itu. Perdebatan mengenai asal air pun semakin memanas, menambah daftar panjang kontroversi renovasi Conholt Park.
Reaksi Warga: Antara Bangga dan Resah
Penduduk desa menanggapi proyek megah ini dengan perasaan campur aduk. Sebagian besar warga merasa terganggu oleh kerusakan jalan akibat truk berat yang keluar masuk setiap hari. Seorang tetangga yang tinggal lebih dari sepuluh tahun di area tersebut mengeluhkan lubang di jalan, meski Schwarzman telah membayar perbaikan kecil. “Itu hanya setetes air di lautan,” ujar warga itu, menekankan bahwa kontribusi Schwarzman masih sangat minim dibanding kerusakan yang terjadi.
Sedat Gunes, warga yang tinggal paling dekat dengan properti, mengaku khawatir. Ia merasa rumahnya kini berada dalam pengawasan ketat, terutama dengan kabar kedatangan tamu politik besar seperti Donald Trump. Menurutnya, kehadiran rombongan besar setiap akhir pekan berburu akan memenjarakan warga di rumah sendiri.
Selain itu, banyak warga kehilangan pemandangan indah menuju istana abad ke-17 tersebut karena Schwarzman menanam pohon tinggi yang menghalangi akses visual. “Saya menyesal kehilangan pemandangan luar biasa itu,” kata seorang warga Vernham Dean yang telah tinggal di desa tetangga selama lebih dari 40 tahun.
Namun, tidak semua warga kecewa. Beberapa melihat dampak positif, terutama dari segi ekonomi lokal. Reece Garner, pemilik pub The George Inn, mengaku bisnisnya meningkat drastis karena pekerja konstruksi dan staf sering berkunjung. Ia menambahkan, “Saya tidak punya kata buruk untuk Schwarzman. Kehadirannya membawa banyak pelanggan.”
Seorang petani setempat juga menilai proyek tersebut menguntungkan karena membuka lapangan kerja baru. “Kami mendapat banyak pekerjaan, itu hal yang paling penting. Meski merepotkan, setidaknya banyak orang desa kini bekerja,” ujarnya.
Proyek Jangka Panjang dan Ambisi Besar
Rencana renovasi Schwarzman jauh melampaui sekadar memperbaiki rumah tua. Ia memperluas halaman selatan istana, menambahkan sayap baru, menanam ratusan pohon, dan bahkan membangun sistem pagar unik bernama ha-ha. Semua proyek tersebut sudah mendapatkan persetujuan dewan Wiltshire pada Juli lalu.
Schwarzman, yang dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di Wall Street, juga tercatat menyumbang £200 juta ke Universitas Oxford. Tindakannya memperlihatkan cintanya pada Inggris, meski cara dia mengelola Conholt Park masih menimbulkan perdebatan. Beberapa orang menganggap kontribusinya sebagai bentuk investasi sosial, sementara yang lain menilai proyeknya berlebihan dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal.
Setiap pekerja di perkebunan harus menandatangani perjanjian kerahasiaan yang ketat. Bahkan tukang kebun dan staf pendukung tidak berani berbicara kepada media. Salah seorang pekerja berkata, “Kami semua memiliki kontrak. Kami tidak bisa mengatakan apa pun, bahkan bos kami yang tinggal di luar properti pun diam.”
Meski penuh kontroversi, Schwarzman terus melanjutkan ambisinya. Ia ingin menjadikan Conholt Park sebagai pusat kegiatan elit, lengkap dengan danau, hunian megah, serta fasilitas untuk tamu bisnis kelas dunia. Seiring waktu, proyek tersebut akan menentukan apakah kehadirannya meninggalkan warisan positif atau justru memperburuk ketegangan sosial di Wiltshire.