hargasaham.id – Pada Rabu, 24 September 2025, rupiah ditutup menguat tipis sebesar 3 poin (0,02%), berada di kisaran Rp 16.684,5 per dolar AS. Sebelumnya, sehari sebelumnya rupiah melemah sekitar 77 poin (-0,46 %). Indeks dolar juga naik sekitar 0,2 % menjadi sekitar 97,45.
Meski menguat tipis saat penutupan, rupiah bergerak dalam rentang ketat sepanjang hari karena sentimen global yang membatasi ruang gerak pasar.
Sentimen Global & Pengaruh Data Ekonomi AS
Pelaku pasar merespon kombinasi data ekonomi di Amerika Serikat dan sikap The Fed. Ketua The Fed, Jerome Powell, kembali memberi sinyal hati-hati dalam pelonggaran suku bunga ke depan. Sementara itu, pasar juga mencermati data inflasi inti AS (PCE) yang akan rilis.
Kondisi global volatilitas tinggi membuat investor memilih posisi wait-and-see, sehingga rupiah sulit bergerak jauh baik menguat ataupun melemah.
Faktor Domestik & Sentimen Ekonomi Indonesia
Penguatan rupiah dalam penutupan juga mendapat dorongan dari revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia versi OECD menjadi 4,9 % untuk 2025 dan 2026. Proyeksi ini lebih optimis dibanding laporan sebelumnya.
Arah kebijakan moneter dan langkah belanja infrastruktur pemerintah juga menjadi perhatian pasar. Jika dukungan fiskal dan moneter selaras, rupiah bisa mendapat pijakan lebih kuat.
Proyeksi Pergerakan & Implikasi bagi Pasar
Untuk Kamis dan hari berikutnya, rupiah diperkirakan akan bergerak dalam rentang sempit antara Rp 16.680 – Rp 16.730 per dolar AS. Tekanan dari indeks dolar, sentimen inflasi, dan data AS lainnya bisa mendorong fluktuasi singkat.
Investor disarankan memperhatikan pernyataan pejabat The Fed, rilis data AS, serta kebijakan domestik terkait fiskal dan moneter. Dengan menjaga kewaspadaan dan diversifikasi, eksposur terhadap risiko nilai tukar menjadi lebih terkendali.