Gudang Garam Hadapi Masa Sulit di Tengah Persaingan dan Beban Cukai
PT Gudang Garam Tbk (GGRM), salah satu Saham raksasa industri rokok nasional, kini berada dalam tekanan berat. Persaingan dari perusahaan rokok berskala menengah dan kecil semakin ketat, sementara di sisi lain, perusahaan juga harus menanggung kenaikan tarif cukai rokok yang terus diberlakukan pemerintah setiap tahun.
Tekanan itu tampak dari laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan data dari laman Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Gudang Garam mencatatkan laba bersih sebesar Rp 980,8 miliar sepanjang tahun 2024. Angka ini merosot tajam sekitar 81,57 persen dibandingkan laba bersih pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp 5,32 triliun.
Pembelian Tembakau Dihentikan karena Stok Melimpah
Tak hanya menghadapi penurunan pendapatan, Saham Gudang Garam juga memutuskan untuk mengehentikan pembelian tembakau dari petani di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Manajemen perusahaan mengungkapkan bahwa stok tembakau di gudang saat ini sudah sangat berlebih, bahkan cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi hingga empat tahun ke depan.
Hal ini disampaikan langsung oleh Bupati Temanggung, Agus Setyawan, usai mengunjungi pabrik Gudang Garam di Kediri. Ia mengatakan penurunan permintaan pasar terhadap rokok menjadi penyebab utama perusahaan memangkas pengadaan bahan baku dari sejumlah daerah penghasil tembakau.
“Situasinya memang tidak memungkinkan untuk melakukan pembelian tembakau, khususnya dari Temanggung,” kata Agus.
Nilai Saham Anjlok, Masa Kejayaan GGRM Tinggal Kenangan
Penurunan kinerja keuangan Gudang Garam turut berdampak besar terhadap harga sahamnya di pasar modal. Pada Jumat, 20 Juni 2025, harga penutupan saham GGRM tercatat hanya Rp 9.100 per lembar. Angka ini sangat kontras jika dibandingkan dengan harga Gudang Garam pada masa keemasannya.
Sebagai perbandingan, pada April 2019, saham GGRM sempat diperdagangkan di kisaran Rp 83.650, mendekati level Rp 90.000, dan termasuk salah satu saham dengan harga tertinggi di Bursa Efek Indonesia saat itu. Namun sejak saat itu, grafik perusahaan terus mengalami tren menurun.
Pada 30 Desember 2024, saham GGRM ditutup di angka Rp 13.275, dan sempat menyentuh titik terendahnya sepanjang 2025 pada 8 April, yaitu di Rp 8.675. Sementara setahun sebelumnya, tepatnya pertengahan 2024, saham Gudang Garam masih dihargai Rp 18.550 per lembar.
Dampak ke Petani: Daya Tawar Melemah
Keputusan Gudang Garam untuk tidak membeli tembakau dari Temanggung berdampak signifikan bagi petani setempat. Dengan lesunya permintaan dari perusahaan besar, posisi tawar petani terhadap pembeli semakin lemah. Komoditas tembakau yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi daerah kini terancam tidak terserap pasar.